Walau menyatu jadi satu fungsi gelombang universal, Sutter menyebut keacakan tetap jadi sifat alami mekanika kuantum. Interpretasi-interpertasi berbasis teori di atas mengatakan bahwa fungsi gelombang terpecah setiap kali interaksi kuantum terjadi.
Ia pun membuka peluang terciptanya multimesta dalam level subatomik (multiverse quantum) akibat interaksi ini, dengan setiap semesta duplikat berisi salah satu hasil yang mungkin.
Sutter mencontohkannya dengan pengiriman elektron melalui layar dengan peluang 50:50 untuk naik atau turun. Dengan kata lain, ada satu alam semesta tempat elektron naik dan alam semesta dengan elektron turun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena pada dasarnya setiap interaksi pada tingkat tertentu adalah interaksi kuantum, ada alam semesta yang berisi setiap kemungkinan pilihan alternatif yang dapat Anda buat sepanjang hidup Anda," ujarnya.
"Nyatanya, Anda terus-menerus terpecah pada saat ini, memecah dan membelah diri Anda menjadi beberapa salinan dengan setiap pilihan, setiap gerakan, dan setiap tindakan," lanjut dia.
Masalahnya, tidak satu pun dari teori-teori fisika menjelaskan atau mendeteksi bagaimana sebenarnya pemisahan alam semesta ini terjadi dan seberapa cepat itu terjadi.
"Pertanyaan-pertanyaan ini adalah bidang penelitian aktif, jadi tidak jelas apakah multiverse kuantum benar-benar ada atau tidak," aku Sutter.
Terlepas dari semua ketidakpastian fisika kuantum, ada satu hal yang pasti. Teknologi kuantum akan mengubah dunia!
Dilansir situs Lousiana State University, fisika kuantum sudah diterapkan dalam berbagai perangkat modern, seperti memori komputer dan ponsel, mesin pemindai magnetic resonance imaging (MRI), hingga desain obat.
Jonathan Dowling, profesor di Departemen Fisika dan Astronomi LSU sekaligus Ketua Fisika Teori Hearne, menilai potensi fisika kuantum amat banyak.
"Kami saat ini berada di tengah-tengah revolusi kuantum kedua," katanya, "Revolusi kuantum pertama memberi kita aturan baru yang mengatur realitas fisik. Revolusi kuantum kedua akan menggunakan aturan ini dan menggunakannya untuk mengembangkan teknologi baru."
Semua penelitian teknologi kuantum di LSU terbagi dalam tiga kategori umum berdasarkan fisika kuantum fundamental: penginderaan dan pencitraan kuantum, kriptografi dan komunikasi kuantum, serta komputasi kuantum.
Dari semua teknologi kuantum, komputasi kuantum dinilai jadi yang paling potensial. Dalam komputasi normal, informasi ditransmisikan melalui bit atau byte; pesan singkat yang ditulis dalam kode seperti Morse yang terdiri dari delapan bit, yang masing-masing bernilai 0 atau 1.
Dalam dunia kuantum, sebuah partikel dapat berada dalam kondisi superposisi, artinya bisa sama-sama bernilai 0 dan 1. Anda pun dapat menggunakan bit kuantum, atau qubit, untuk menghitung lebih banyak kemungkinan sekaligus.
Ketika partikel terjerat (entangled particle) digunakan untuk qubit tersebut, algoritma dapat menghitung tugas dengan kecepatan yang jauh melampaui kemampuan saat ini.
Dengan kata lain, saat komputer modern bisa menuntaskan tugas hitungan selama bertahun-tahun, komputer kuantum bisa menyelesaikannya dalam hitungan detik.
Lihat Juga : |
Kapan itu bisa terwujud? Illya Vekhter, profesor di Departemen Fisika dan Astronomi LSU, punya visi bahwa teknologi ini bisa diterapkan setidaknya setengah abad kemudian.
"Semua ilmu dasar yang perlu diketahui tentang silikon kita ketahui pada akhir 1960-an, dan baru setelah itu, para ilmuwan masih mengembangkan perangkat yang terus meningkat lebih dari setengah abad kemudian. Segala sesuatu yang mendasar tentang ponsel yang kita ketahui pada 1980-an," tuturnya.
"Tugas fisikawan benda terkondensasi atau pakar teknologi kuantum adalah mempelajari apa yang dapat diubah menjadi perangkat 10, 20, atau 50 tahun kemudian," urai dia.
Yang jelas, hingga saat ini para ilmuwan belum sampai pada temuan racikan partikel subatomik langka yang dibuat Dr. Hank Pym yang bisa mengubah ukuran sesuka hati laiknya Ant-Man dan The Wasp itu.
(lom/arh)