ANALISIS

ChatGPT, Antara Revolusi Internet dan Kisah Kalkulator

CNN Indonesia
Jumat, 03 Mar 2023 07:56 WIB
ChatGPT menjadi inovasi di bidang teknologi yang menyedot perhatian. Namun kehadirannya di tengah masyarakat memiliki dua sisi.
ChatGPT memiliki dua sisi mata uang. Ia dipuji karena kemampuannya, namun tak sedikit yang sinis karena potensi bahaya yang disimpannya.(Jonathan Raa/NurPhoto via Getty Images)
Jakarta, CNN Indonesia --

Teknologi kecerdasan buatan ChatGPT menuai tepuk tangan meriah sekaligus sinisme dunia dalam rentang usianya yang amat muda. Mungkinkah sensasi platform besutan OpenAI ini menggusur manusia?

Berdasarkan keterangan ChatGPT itu sendiri, ia lahir pada 2015 dan terus dikembangkan. Platform ini mulai dirilis secara umum pada Juni 2020.

"Sejak saat itu, saya terus belajar dan meningkatkan kemampuan saya melalui teknik pemrosesan bahasa alami yang canggih dan data yang banyak," kata ChatGPT.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelum ChatGPT, teknologi yang memanfaatkan AI bukan barang baru. Namun, platform ini menyedot perhatian publik berkat kemampuannya menjawab sejumlah pertanyaan sulit dari pengguna. 

Antusiasme pengguna pada platform ini sangat besar. ChatGPT hanya butuh waktu dua bulan untuk mencapai 100 juta pengguna. Raksasa teknologi Google pun letar-ketir. Bisakah dia merevolusi internet?

Guru Besar STEI ITB Bambang Riyanto Trilaksono menyebut kehadiran ChatGPT adalah sebuah lompatan besar yang luar biasa bagi dunia AI.

"ChatGPT ini merupakan lompatan dari teknologi AI. Ini merupakan teknologi yang mendisrupsi banyak hal, karena kecerdasannya," katanya kepada CNNIndonesia.com, Selasa (28/2).

"Mungkin masih terlalu dini untuk menyebutnya revolusi internet, tetapi melihat bahwa dalam waktu singkat itu mencapai jutaan pengguna dalam beberapa hari, ini merupakan lompatan teknologi AI yang luar biasa," tambahnya.

Di samping sambutannya yang meriah, Bambang mengatakan sebetulnya ada kubu yang kontra terhadap kehadiran ChatGPT, termasuk di lingkungan akademik. 

Bambang menyebut mereka yang pro pada penggunaan ChatGPT menganggap ChatGPT sebagai teknologi yang tak terelakkan. ChatGPT, kata Bambang adalah teknologi yang bakal berkembang dan ke depannya akan semakin pintar.

Hal itu dikarenakan algoritmanya yang semakin berkembang atau set data yang semakin luas serta semakin komprehensif.

"Yang pro merasa ini adalah tools yang bisa membantu manusia di dalam task atau pekerjaannya," ujar salah satu pendiri Pusat Artificial Intelligence ITB ini.

Beberapa universitas di Australia Selatan, yaitu Flinders University, the University of Adelaide, dan the University of South Australia menjadi bagian dari pendukung penggunaan ChatGPT di lingkup akademik.

Namun, mahasiswa atau staf akademik yang menggunakan ChatGPT harus menandai pekerjaan mereka sebagai pekerjaan yang mendapat bantuan AI.

Selain itu, pengguna juga diinstruksikan untuk melakukan koreksi pada pekerjaan yang dilakukan ChatGPT, karena platform ini masih sangat mungkin melakukan kesalahan.

"ChatGPT masih melakukan kesalahan, atau yang dalam lingkungan peneliti disebut kerap melakukan halusinasi, jadi memberikan fakta yang sebetulnya tidak benar," terang Bambang.

Di sisi lain, mereka yang kontra memilih cara lain untuk melakukan kegiatan akademiknya, yakni kembali pada kertas dan pulpen. Pendekatan ini dilakukan oleh sejumlah universitas di Australia pada periode ujian yang akan datang.

Menurutnya, keduanya memiliki alasan yang dapat dipahami.

"Bagi kubu yang melarang memang ada benarnya, karena akan membuat siswa malas untuk berpikir. Namun, bagi kubu yang lain ChatGPT menjadi teknologi yang tidak terelakkan," jelas dia.

Profesi yang terancam tergusur di halaman berikutnya...

Ancaman Profesi Hilang

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER