Tanaman yang dilindas komunitas motor trail di Ranca Upas, Kabupaten Bandung, yang viral beberapa waktu lalu disebut bukan edelweis, melainkan bunga rawa yang merupakan anggota keluarga tanaman bernama pipewort.
Sebelumnya, aktivis lingkungan Mang Uprit memprotes kegiatan motor trail yang merusak bentang alam Ranca Upas dalam sebuah video viral, beberapa waktu lalu.
Terkhusus, ia menyoroti edelweis rawa langka yang ditanamnya yang turut hancur akibat aktivitas itu. Kasus ini pun tengah diselidiki kepolisian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Muhammad Imam Surya, Peneliti di Pusat Riset Konservasi Tumbuhan, Kebun Raya dan Kehutanan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), mengungkap identitas ilmiah tanaman 'edelweis rawa' itu.
"Bunga edelweis yang di gunung termasuk dalam suku Asteraceae, marga Anaphalis. Sedangkan bunga rawa termasuk dalam suku Eriocaulaceae, marga Syngonathus. Jadi memang berbeda," kata dia, kepada CNNIndonesia.com, Rabu (8/3).
"Bunga ini tidak hanya ada di Indonesia, tapi ada juga di benua Amerika. Kemungkinan ini bukan native (asli) Indonesia," imbuhnya.
Dalam sebuah kicauan di Twitter, Perusahaan Umum Kehutanan Negara (Perum Perhutani), yang dituding memberi izin kegiatan yang merusak alam itu, sempat mengungkap bahwa tanaman yang dimaksud adalah bakung rawa (Eriocaulon decangulare).
Dalam bahasa Inggris, flora ini dikenal dengan Hat pins yang masih satu keluarga dengan bunga rawa (Syngonanthus flavidulus).
Hal itu diungkap dalam unggahan Perhutani soal rehabilitasi lokasi yang terdampak kegiatan motor trail bersama dengan pengelola wisata wilayah Ranca Upas dan beberapa pihak.
"Perum Perhutani bersama dengan Econique sebagai pengelola Wisata Ranca Upas, pemerhati lingkungan dan stakeholders terkait melakukan rehabilitasi lahan berupa penanaman kembali sebagai upaya pemulihan ekosistem di Ranca Upas yang terdampak event motor trail," ujar Perhutani lewat akun Twitter resminya, Rabu (8/3).
"Diganti dengan bunga rawa lagi kak, namanya Bakung Rawa (Eriocaulon decangulare), tumbuhan tersebut tumbuh sporadis di ranca upas," lanjut Perhutani dalam kicauan lain.
Saat dihubungi lebih lanjut, Kepala Divisi Regional Jawa Banten Perhutani Asep Dedi Mulyadi mengklarifikasi bahwa bunga 'edelweis rawa' yang ditanam kembali pihaknya adalah bunga rawa.
"Yang kemaren rusak itu bunga rawa (Syngonanthus flavidulus), yang ditanam [kembali] juga jenis yang sama," ucapnya dalam pesan singkat kepada CNNIndonesia.com.
Terpisah, Direktur Utama Perhutani Wahyu Kuncoro mengatakan rehabilitasi lahan itu akan berlanjut pekan depan.
"Minggu depan kami akan terus lakukan kegiatan penghijauan/penanaman di wilayah Ranca Upas supaya bisa pulih kembali," ujarnya.
Secara taksonomi, bunga rawa (Syngonanthus flavidulus) atau yang dalam bahasa Inggris sebagai yellow hatpins, merupakan anggota keluarga tanaman pipewort.
Ia memiliki kepala bunga seperti kancing di atas batang panjang seperti pipa, atau dalam istilah botani, scape. Pada bunga rawa, kepala bunga berwarna kuning pucat dan putih serta mengandung banyak bunga jantan dan betina yang kecil.
Pipewort membutuhkan tanah yang basah hingga tergenang untuk bertahan hidup. Lantaran itulah, tanaman banyak ditemukan di rawa-rawa, di sepanjang tepi kolam, dan di kayu pinus basah.
Keluarga tanaman ini memiliki ciri daun agak mirip rumput, melengkung, berbentuk linier, dengan ujung lancip. Daun-daun ini terkonsentrasi di bagian pangkal.
(lom/arh)