Einstein sendiri pernah menggambarkan 'pendapat pribadinya' tentang fisika kuantum dalam salah satu surat tahun 1945. Ia merujuk salah satu frasa terkenal miliknya: "Tuhan tidak bermain dadu dengan Semesta".
Dalam suratnya kepada fisikawan Caltech, Paul Eipstein, Einstein menulis: "Tuhan tidak kenal lelah bermain dadu dengan Semesta di bawah aturan yang dia buat sendiri."
Variasi frasa tersebut mengklarifikasi argumennya yang menyebut partikel kuantum pasti patuh terhadap aturan tertentu yang tidak secara acak berubah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Selain itu menurut Einstein, dunia kuantum membutuhkan penjelasan lebih baik untuk perilaku partikel.
Dalam surat lainnya, Einstein memetakan asal-usul eksperimen pikirannya di balik keterikatan kuantum. Ia menggunakan teks dan diagram untuk menggambarkan imajinasi pertamanya soal itu.
Einstein lalu menghadirkan ide tersebut dalam sebuah makalah yang dipublikasikan pada 1935. Konsep yang ia susun bersama Boris Podolsky dan Nathan Rosen lalu dikenal sebagai paradoks Einstein-Podolsky-Rosen (EPR).
Beserta koleganya, Einstein lewat paradoks ini bermaksud menunjukkan kecacatan inheren dalam persepsi tentang dunia kuantum. Pendapat Einstein sempat direspons skeptis oleh fisikawan Caltech, Paul Eipstein sebelum diperbaiki kembali.
Hasil perbaikan itu dicantumkan Einstein pada surat tertanggal 28 November 1945. Einstein mengulangi lagi kritik lamanya tentang ide bahwa dunia kuantum tidak bisa dideskripsikan secara definitif. Ia mengatakan "pandangan itulah yang bertentangan dengan insting saya."
Namun, percobaan baru-baru ini menunjukkan bahwa terlepas dari protes Einstein, perilaku partikel pada tingkat kuantum kemungkinan besar dipengaruhi oleh ketakberaturan.
Hingga akhir hayatnya, 18 April 1955, ilmuwan keturunan Yahudi ini tak juga menuntaskan misi menggabungkan perilaku semesta level raksasa dan tingkat amat mini tersebut.
Fisikawan generasi berikutnya pun melanjutkan misi tersebut, termasuk Stephen Hawking. Namun, TOE yang diidam-idamkan itu masih 'on the way'.
(lth/can/lth)