BMKG Sebut Gempa Tak Bisa Diprediksi, meski Bisa Deteksi Dini 30 Detik

lom | CNN Indonesia
Senin, 20 Mar 2023 06:59 WIB
Ilustrasi. Indonesia 'dikepung' sesar sumber gempa. (iStockphoto/Armastas)
Jakarta, CNN Indonesia --

Meski tak bisa memprediksi waktu kejadian gempa bumi, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengaku tengah menguji coba alat deteksi dini gempa hingga 30 detik sebelum guncangan.

Dua peneliti, Marniati dari Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah IV Makassar, dan Imanuela Indah Pertiwi dari Stasiun Geofisika Kelas IV Kendari memaparkan soal ketiadaan alat prediksi gempa dalam makalah 'Gempabumi Tektonik Bisa Diprediksi?'

Mereka mulanya prihatin atas broadcast pesan berantai di WhatsApp yang menginfokan tentang prediksi gempa di RI dari peneliti asal Belanda Frank Hoogerbeets di Solar System Geometry Survey (SSGS).

Ia mengklaim ada kemungkinan terjadi gempa di Sulawesi, Halmahera, dan Laut Banda pada 3 dan 4 Maret 2023.

Hoogerbeets mendasarkan prediksi tersebut pada aktivitas seismik di beberapa wilayah di sekitar Sulawesi, termasuk Kamchatka, Kepulauan Kuril, Jepang di bagian Utara, dan Filipina.

Berita ini menjadi heboh karena sebelumnya, Hoogerbeets 'berhasil' memprediksi terjadinya gempa bumi Turki awal Februari.

Walau demikian, pada akhirnya ramalan pakar gadungan untuk gempa di Sulawesi itu tak terbukti.

Benarkah gempa bisa diramal atau diprediksi waktunya?

"Sampai saat ini, detik ini, BMKG sebagai instansi pemerintah yang memonitoring kejadian gempabumi di Indonesia selalu menginfokan kepada masyarakat bahwa gempabumi tektonik tidak dapat diprediksi waktu kejadiannya, baik hari, tanggal, jam, menit, hingga detiknya," ungkap Marniati dan Imanuela.

"Hal yang sangat perlu diketahui bahwa wilayah Indonesia tidak dapat terhindar dari kejadian-kejadian gempabumi," lanjut dua peneliti itu.

Menurut mereka, hal itu disebabkan oleh letak wilayah Indonesia yang berada dan diapit oleh tiga hingga empat lempeng utama dunia.

Lempang-lempeng tersebut terus bergerak setiap detiknya, akibat dari panas di dalam inti bumi yang menggerakkan partikel-partikel penyusun lempeng.

"Ketika lempeng-lempeng tersebut sudah tidak dapat menahan aliran partikel panas dari inti bumi, maka akan bergerak dengan mengeluarkan energi yang sangat besar," jelas peneliti.

"Pergerakan inilah yang menimbulkan getaran gempabumi yang dirasakan oleh masyarakat. Waktu dari pergerakan lempeng untuk melepaskan energinya inilah yang belum dapat diprediksi sampai saat ini," cetus Marniati dan Imanuela.

Peneliti memaparkan beberapa lempeng yang terus bergerak.

Lempeng Indo-Australian yang cenderung bergerak ke arah timur laut, Lempeng Eurasian (Sundaland Block) cenderung bergerak ke arah tenggara, serta Lempeng Pasifik dan Lempeng Philipina yang bergerak ke arah barat laut.

Batas pertemuan antar lempeng dunia berada di sepanjang pesisir barat Pulau Sumatera, pesisir selatan Pulau Jawa, Bali, NTT, pesisir utara Maluku dan Papua, pesisir barat Maluku Utara, serta pesisir utara Pulau Sulawesi.

"Pergerakan pada batas lempeng ini sangat berpotensi memicu terjadinya gempa bumi dengan kekuatan magnitude yang sangat besar," ungkap periset.

Alih-alih percaya ramalan, peneliti menyebut siap siaga yang ekstra untuk antisipasi, mitigasi, dan evakuasi mandiri saat merasakan gempa lebih diutamakan.

Salah satu langkah persiapan sebagai bentuk antisipasi hadapi gempabumi yaitu tidak mendirikan bangunan tinggi pada daerah-daerah yang dilintasi oleh sesar.

"Jika memang harus membangun di daerah sekitar sesar, maka perlu dipastikan bahwa bangunan tersebut merupakan bangunan yang memenuhi kriteria bangunan tahan gempa."

Alat deteksi dini gempa di halaman berikutnya...

Deteksi Dini Hingga 30 Detik Sebelum Guncangan


BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :