Popularitas video game terutama yang berbasis mobile terus membuat industri ini tumbuh dan menghadirkan banyak pemain baru, tak terkecuali perempuan. Sayangnya, ekosistem gaming seringkali jadi tempat diskriminatif bagi mereka.
Pada 2023, industri gaming memiliki sekitar 3,09 milyar pemain aktif di seluruh dunia, menunjukkan peningkatan sebanyak 1 milyar pemain atau 32 persen selama tujuh tahun terakhir.
Menurut data dari Exploding Topics, dari total 3,09 milyar pemain tersebut, 1,7 milyar adalah laki-laki, sementara 1,39 milyar lainnya adalah perempuan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan jumlah gamer perempuan yang tak terpaut jauh dengan gamer laki-laki, ekosistem gaming harusnya bisa menjadi tempat yang aman bagi mereka. Sayangnya, masih banyak perempuan yang tidak merasa aman di ruang tersebut.
Menurut laporan dari Reach3 pada 2021, 59 persen gamer perempuan yang menjadi responden survey memilih untuk menyembunyikan identitas mereka atau mengaku sebagai laki-laki ketika bermain game online untuk menghindari masalah.
Beberapa alasan yang membuat mereka melakukan hal tersebut di antaranya penilaian skill yang bias, kecenderungan untuk diatur, hingga komen yang menggurui.
Hal-hal semacam ini yang membuat Nina Kozok dan Debora Imanuella mendirikan komunitas Luna Nera yang bertujuan memberikan ruang aman bagi gamer perempuan.
"Sering banget diskriminasi. Dalam situasi pro scene ya, sering banget dibilang cewe gak lebih jago daripada cowo padahal sebetulnya ga ada studi saintifik yang bilang cewe itu lebih jago atau cowo lebih jago," ujar Nina di Jakarta, Jumat (10/3).
"Salah satu masalah lainnya yang paling banyak dihadapi gamers perempuan di Indonesia adalah kekerasan seksual," imbuhnnya.
Maka dari itu, Luna Nera disebut hadir untuk para perempuan di Tanah Air agar bisa berkarya di ekosistem gaming dengan aman.
"Kami memutuskan untuk mendorong para gamers perempuan dari generasi muda lewat komunitas. Komunitas ini kami bikin agar bisa menyediakan ruang untuk gamers perempuan berkarya dengan positif di ekosistem gaming," ujar Debora yang juga menjadi Staf Khusus Bidang Komunikasi dan Hubungan Masyarakat Pengurus Besar Esports Indonesia (PB ESI) itu.
(lom/lth)