Berdasarkan analisis kondisi regional BMKG per 22 Agustus, beberapa fenomena atmosfer memengaruhi kondisi curah hujan hanya di luar Jawa, Bali, Nusa Tenggara.
Fenomena-fenomena itu meliputi Madden Julian Oscillation (MJO), gelombang ekuator (Gelombang Rossby Ekuator, Gelombang Kelvin, Gelombang dengan low frequency, serta kombinasi ketiganya).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
BMKG mengungkap deret fenomena regional itu bisa memicu menunjukkan kecenderungan peningkatan aktivitas konvektif alias awan pembentuk hujan di sejumlah wilayah.
Yakni, Laut China Selatan, Kalimantan bagian utara, Laut Sulawesi, Maluku Utara, dan Samudra Pasifik utara Maluku Utara hingga Papua.
BMKG juga mengungkap sirkulasi siklonik memunculkan daerah pertemuan atau perlambatan angin alias konvergensi di wilayah tertentu.
Fenomena ini meningkatkan kecenderungan pertumbuhan awan hujan di pesisir barat Sumatera dan Sumatera bagian utara, Kalimantan bagian utara, Sulawesi bagian tengah, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, dan Papua.
Hasil analisis kondisi lokal/mikro BMKG juga menunjukkan kecenderungan peningkatan aktivitas konvektif atau pembentukan awan hukan akibat kondisi labilitas yang kuat di beberapa wilayah di luar Jawa hingga NTT.
Yakni Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, dan Papua.
(rfi/arh)