Secara singkat, NASA menyebut setidaknya ada sembilan bukti nyata perubahan iklim, yakni:
NASA menyebut suhu permukaan rata-rata planet meningkat sekitar 2 derajat Fahrenheit (1 derajat Celcius) sejak akhir abad 19. Hal ini sebagian besar didorong oleh peningkatan emisi karbon dioksida ke atmosfer dan aktivitas manusia lainnya.
Sebagian besar pemanasan terjadi dalam 40 tahun terakhir, dengan tujuh tahun terakhir menjadi yang terpanas. Tahun 2016 dan 2020 sama-sama tercatat sebagai tahun terpanas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Lautan menyerap banyak panas yang meningkat itu, dengan 100 meter lapisan teratas lautan menunjukkan pemanasan 0,67 derajat Fahrenheit (0,33 derajat Celcius) sejak 1969.
Bumi sendiri menyimpan 90 persen energi ekstra di lautan.
Lapisan es di dua 'daratan' es besar di kutub utara dan selatan, Greenland dan Antartika, makin berkurang massanya.
Data dari Pemulihan Gravitasi dan Eksperimen Iklim NASA menunjukkan Greenland kehilangan rata-rata 279 miliar ton es per tahun antara 1993 dan 2019, sementara Antartika kehilangan sekitar 148 miliar ton es per tahun.
Gletser (lapisan besar es yang bergerak turun perlahan-lahan di lereng gunung atau di dataran) menyusut hampir di mana-mana di seluruh dunia.
Itu terjadi di antaranya di Pegunungan Alpen, Himalaya, Andes, Rockies, Alaska, dan Afrika.
Pengamatan satelit menunjukkan jumlah tutupan salju musim semi di belahan Bumi utara menurun selama lima dekade terakhir dan salju mencair lebih awal.
Permukaan laut global naik sekitar 8 inci (20 sentimeter) pada abad 20. Tingkat kenaikannya dalam dua dekade terakhir bahkan mencapai hampir dua kali lipat dari abad lalu dan meningkat sedikit demi sedikit setiap tahun.
Luas dan ketebalan es di Laut Arktik (Kutub Utara) menurun dengan cepat selama beberapa dekade terakhir.
Jumlah rekor peristiwa suhu tinggi di Amerika Serikat telah meningkat. Sementara, jumlah rekor peristiwa suhu rendah menurun sejak 1950.
Beberapa negara, termasuk Indonesia, juga menjadi saksi peningkatan jumlah peristiwa curah hujan yang intens hingga membuat kemarau tetap basah.
Sejak awal Revolusi Industri, keasaman permukaan air laut meningkat sekitar 30 persen. Peningkatan ini disebabkan oleh manusia yang melepaskan lebih banyak karbon dioksida ke atmosfer yang membuatnya lebih banyak diserap ke laut.
Lautan menyerap 20 persen hingga 30 persen dari total emisi CO2 antropogenik (yang dihasilkan manusia) dalam beberapa dekade terakhir (7,2 hingga 10,8 miliar metrik ton per tahun).
(lth/arh)