Misteri Kilau Da Vinci pada Bulan Sabit Senja, Cahaya dari Mana?

CNN Indonesia
Selasa, 23 Mei 2023 17:34 WIB
Ilustrasi. Fenomena Kilau Da Vinci (Da Vinci Glow) terjadi saat senja. (ANTARA FOTO/WAHYU PUTRO A)
Jakarta, CNN Indonesia --

Langit senja memiliki fenomena misterius yang disebut Kilau Da Vinci (Da Vinci Glow). Apa istimewanya?

Fase bulan sabit terjadi ketika Bulan bergerak meninggalkan konjungsi (titik di tengah antara Matahari dan Bumi). Pada fase ini, bagian Bulan yang terkena cahaya Matahari hanya kurang dari separuhnya.

Alhasil, yang terlihat dari Bumi adalah berbentuk sabit.

Melansir CNN, Kilau Da Vinci bisa terjadi di saat Matahari terbenam ketika bulan sabit ada di ufuk atau horison. Namun, bagian pinggir dari Bulan yang mestinya gelap tetap terlihat.

Fenomena itu pula yang kemungkinan bisa terlihat pekan ini lantaran fase bulan tengah masuk Bulan Baru-Perbani Awal (19-27 Mei).

Kilau Da Vinci sendiri diambil dari nama seniman legendaris Italia Leonardo da Vinci.

Dikutip dari situs resmi Badan Antariksa dan Penerbangan AS (NASA), nama itu diberikan karena Da Vinci lah yang memecahkan misteri di seputar fenomena tersebut.

Selama ribuan tahun tahun, manusia mengagumi fenomena yang juga disebut "Bulan tua di lengan Bulan baru" tersebut. Akan tetapi, jawaban soal fenomena ini baru diketahui pada Abad ke-16 lewat jasa Da Vinci.

Seniman kelahiran 15 April 1452 tersebut melukiskan gambar Bulan itu di dalam buku catatannya. Belakangan, penyebab munculnya fenomena itu adalah cahaya yang terefleksi oleh Bumi (Earthshine) ke Bulan.

Berbeda dengan sinar Matahari (sunshine), Earthshine merujuk kepada cahaya dari Matahari yang terefleksi oleh Bumi bahkan setelah Matahari tenggelam. Sinarnya 50 kali lebih cerah daripada cahaya yang berasal dari bulan purnama.

Ketika Da Vinci berteori tentang hal tersebut, Nicolas Copernicus bahkan belum mempublikasikan teori yang menyebut Bumi berputar mengitari Matahari.

Namun lewat pengertian artistik terhadap cahaya dan bayangan serta geometri, Da Vinci dapat memastikan dari mana cahaya pucat di sekitar Bulan sabit berasal.

"(Fenomena,red) ini paling mudah untuk dilihat selama Bulan sabit bertambah atau berkurang. Anda memerlukan langit yang cerah untuk melihat Bulan, tetapi bagian Bumi harus cukup berawan untuk memantulkan cukup banyak cahaya ke Bulan," kata Science Engagement Manager Lunar and Planetary Institute di Boston Christine Shupla.

"Pengamat langit harus mencari bulan sabit berbentuk pisang di sore hari saat matahari terbenam, dan mencoba melihat bagian bulan lainnya, dengan cahaya redup," katanya menambahkan.

Kendati sudah memprediksi fenomena ini, Da Vinci memiliki dua kesalahan. Pertama, Bulan tidak memiliki samudra.

Kedua, lautan di Bumi bukanlah sumber yang memantulkan cahaya Matahari penyebab Earthshine melainkan awan. Bumi bersinar karena memantulkan sinar Matahari, dan awan melakukan sebagian besarnya.

Dua hal itu terlihat oleh astronaut yang berangkat ke Bulan dalam misi Apollo 11 pada 1969.

(lth)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK