Riset Microsoft Sebut 48 Persen Karyawan di Indonesia Khawatirkan AI
Riset Microsoft menyebut 48 persen karyawan di Indonesia khawatir kecerdasan buatan (AI) akan menggantikan pekerjaan mereka. Namun riset yang sama juga menunjukkan harapan terhadap AI.
Microsoft menyebut, ada aliansi baru antara AI dengan karyawan yakni "adanya harapan mendapat bantuan yang meringankan pekerjaan dan mengalahkan rasa takut akan kehilangan pekerjaan."
Namun Microsoft mengatakan "di Indonesia, 48% karyawan mengatakan mereka khawatir AI akan menggantikan pekerjaan mereka. Meskipun ada pula karyawan yang mengatakan bakal mendelegasikan sebanyak mungkin pekerjaan kepada AI guna mengurangi beban kerja.
"Sebanyak 4 dari 5 karyawan di Indonesia pun hendak menggunakan AI tidak hanya untuk pekerjaan administratif (84%), tetapi juga pekerjaan analitis (87%) dan aspek-aspek kreatif dalam pekerjaan mereka (88%)" tulis Microsoft.
Dalam riset berjudul Work Trend Index 2023 ini, Microsoft melakukan survei terhadap 31 ribu orang dari berbagai industri di 31 negara termasuk Indonesia yang diambil dari triliunan sinyal dari email, meeting, dan chat di Microsoft365; serta tren tenaga kerja di LinkedIn.
Microsoft menyebut "data menunjukkan kecepatan kerja telah meningkat lebih cepat dari apa yang dapat diimbangi manusia" Microsoft menyebut hal itu sebagai utang digital (digital debt).
"Hutang digital (digital debt) membuat kita kehilangan inovasi.Kita semua memiliki digital debt: volume data, email, dan chat telah melampaui kemampuan kita untuk memproses semua hal tersebut. Setiap menit yang dihabiskan untuk mengelola digital debt ini adalah menit yang tidak dihabiskan untuk pekerjaan kreatif," tulis Microsoft.
Di Indonesia, menurut Microsoft, 76 persen karyawan mengaku tidak memiliki cukup waktu dan tenaga untuk menyelesaikan pekerjaan mereka. Jumlah itu 12 persen ebih tingi dari data global di angka 64 persen.
Karena itulah dibutuhkan inovasi yang antara lain melibatkan AI.
"AI generasi baru ini akan memungkinkan kita untuk berfokus pada pekerjaan yang memerlukan kreativitas, sehingga mampu melahirkan semakin banyak inovasi," ujar Lucky Gani, Direktur Marketing dan Operasional Microsoft Indonesia.
"Hal ini membawa optimisme dan peluang besar bagi setiap individu serta organisasi dalam mendefinisikan kembali cara kerja. Suatu cara kerja yang dapat meningkatkan produktivitas, serta memberikan kita lebih banyak waktu untuk membangun kembali interaksi dan kedekatan dengan lingkungan di sekitar kita." katanya menambahkan.
Lebih lanjut, inovasi yang melibatkan AI itu menuntut karyawan memiliki keterampilan AI. Paling tidak, ada lima yang harus dimiliki yakni analytical judgement,emotional intelligence, creative evaluation, intellectual curiosity,dan kemampuan memberikan prompt.
"Penting untuk digarisbawahi bahwa teknologi AI adalah copilot kita, bukan autopilot. Pilot yang memiliki kontrol dan tanggung jawab penuh atas final output serta keputusan dalam pekerjaan tetaplah manusia," kata Lucky.
(lth/lth)