Jakarta, CNN Indonesia --
Sains era modern mengungkap gender itu ada gradasinya, tak saklek terbagi antara lelaki dan perempuan, termasuk akibat kelainan kromosom. Simak penjelasan dari sudut pandang arkeologi dan mikrobiologi berikut.
Perbincangan soal dikotomi gender sudah sering muncul di media sosial.
"Anda dapat mengatakan netral gender, Anda dapat memiliki banyak orientasi seksual. Tapi ratusan tahun dari sekarang, jika Arkeolog menemukan tulang Anda, mereka akan mengatakan Anda laki-laki atau perempuan," kicau akun @GiaPratamaMD dalam sebuah cuitan sambil mengunggah foto tengkorak pinggul pria dan wanita.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Senada, akun @DrShadeeElmasry dalam bentuk video memberikan pernyataan serupa tentang arkeolog di masa depan yang hanya akan mengidentifikasi fosil menjadi pria dan wanita.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tidak ada perbedaan makna antara gender dan seks. Keduanya memiliki arti jenis kelamin.
Sementara pada kamus bahasa asing, seperti Oxford, gender dan seks memiliki arti yang berbeda.
'Sex' memiliki arti jenis kelamin secara biologis yang ditandai oleh organ genital, sementara 'gender' adalah jenis kelamin yang diasosiasikan dengan perbedaan referensi sosial budaya dari orang yang dimaksud.
Mana yang lebih mendekati realitas berdasarkan sains?
Agustín Fuentes, profesor antropologi di Princeton University, AS, menuturkan dikotomi gender bukanlah istilah biologis atau berakar secara eksklusif pada biologi.
"Secara biologis, tidak ada dikotomi sederhana antara perempuan dan laki-laki," ujar penulis buku 'Race, Monogamy, and Other Lies They Told You' itu, dikutip dari The Scientist.
"Tentu saja ada perbedaan pola antara betina dan jantan pada banyak spesies. Tetapi ada jauh lebih banyak keragaman, kompleksitas, dan kolaborasi daripada yang disadari kebanyakan orang."
Tentu saja, ada beberapa perbedaan yang khas. Pertama, dalam hal kapasitas tubuh, misalnya dalam hal kemampuan untuk melahirkan dan menyusui, dan pola perkembangan dan distribusi ukuran tubuh, serta kekuatan.
Namun, pola seperti itu sebagian besar tumpang tindih, dan hanya sedikit yang didistribusikan dalam dikotomi yang jelas atau fungsional.
"Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa perbedaan antara pria dan wanita dewasa terlalu berlebihan dan sebagian besar dipengaruhi oleh dinamika biologi dan budaya. Manusia adalah nature-nurtural, perpaduan antara alam dan pengasuhan."
Kedua, perbedaan kromosom XX pada wanita dan XY pada DNA pria.
Kromosom sendiri merupakan paket gen yang ditemukan di setiap sel dalam tubuh. Ada dua jenis kromosom, yang disebut kromosom seks, yang menentukan jenis kelamin bayi secara genetik, yakni kromosom X atau Y.
Paduan XX ada pada perempuan, dan XY ada pada laki-laki.
Menurut Fuentes, "dua kromosom X atau kromosom X dan Y pada manusia tidak menciptakan tubuh biner."
"Kurangnya biner eksplisit", kata dia, terutama karena neurobiologi yang kompleks, riwayat hidup, serta dinamika morfologis pada manusia.
Fuentes mencontohkan janin berusia enam sampai delapan minggu memiliki beberapa kelompok sel dan mulai menghasilkan organ baru, termasuk klitoris dan penis, labia, dan skrotum, ovarium, dan testis.
"Semua alat kelamin terbuat dari bahan yang sama persis. Karena mereka memiliki beberapa fungsi akhir yang berbeda, bentuk akhirnya berbeda. Tapi ada banyak tumpang tindih."
Selain itu, kata dia, 280 ribu dari 140 juta bayi yang lahir pada 2021 tidak cocok dengan model penentuan jenis kelamin "penis versus labia" yang jelas.
Tak ketinggalan, ada contoh orang dengan kromosom XY yang memiliki karakteristik wanita, orang dengan alat kelamin ambigu, dan wanita dengan kadar testosteron di luar kisaran 'perempuan' yang khas.
"Alat kelamin, kadar hormon, dan kromosom bukanlah penentu jenis kelamin yang dapat diandalkan," ucapnya.
Spektrum jenis kelamin di halaman berikutnya...
Liza Brusman, pakar biologi molekuler dari University of Colorado Boulder, AS, mengatakan gender itu bak spektrum atau rangkaian yang berkesinambungan, tak biner. Menurutnya, banyak orang yang memiliki kombinasi karakteristik fisik 'laki-laki' dan 'perempuan'.
Contoh, beberapa orang dengan insensitivitas androgen memiliki kromosom XY, testis internal, dan genitalia eksternal wanita. Ciri-ciri, termasuk kadar hormon, juga dapat sangat bervariasi baik di dalam maupun di antara jenis kelamin.
Misalnya, pelari Afrika Selatan Caster Semenya diperintahkan untuk menurunkan kadar testosteron alaminya yang tinggi. Padahal, katanya, penelitian menunjukkan bahwa karena kadar testosteron memang sangat bervariasi.
"Ilmunya jelas - seks adalah spektrum," ucap Brusman, dikutip dari MassiveScience.
Ia juga mengkritik pelajaran di sekolah yang sering tidak akurat menyebut bahwa semua bayi mewarisi kromosom seks XX atau XY, dan memiliki kromosom XX menjadikan Anda perempuan, sedangkan XY menjadikan Anda laki-laki.
Pada kenyataannya, orang dapat memiliki XXY, XYY, X, XXX, atau kombinasi kromosom lainnya. Hal itu diklaimnya dapat menghasilkan berbagai karakteristik seks.
Ketika embrio pertama kali berkembang, Brusman menyebut semuanya dimulai dengan saluran reproduksi dasar yang sama, terlepas dari kromosom atau gennya.
Selama perkembangan embrio khas, embrio dengan gen SRY (biasanya ditemukan pada kromosom Y) mengembangkan testis, vesikula seminalis, epididimis, vas deferens, dan penis.
Jika embrio itu memiliki gen WNT4 fungsional (yang ditemukan pada kromosom 1) dan tanpa gen SRY, sistem reproduksinya berkembang menjadi ovarium, rahim, saluran tuba, dan vagina.
"Namun terkadang orang berakhir dengan sifat interseks, yang sering disebut dalam latar medis sebagai perbedaan perkembangan jenis kelamin (DSD)."
Ada banyak cara orang bisa menjadi interseks. Sebagai contoh, embrio XX dengan gen SRY akan berkembang sebagai pejantan tipikal, sedangkan embrio XY yang tidak memiliki gen SRY akan berkembang sebagai betina tipikal.
[Gambas:Photo CNN]
Ada juga varian genetik lain dalam sejumlah gen yang dapat mengubah kadar hormon, menghasilkan sistem reproduksi yang tidak sepenuhnya laki-laki atau perempuan. Perubahan ini bisa menyebabkan sistem reproduksi seseorang tidak "cocok" dengan kromosomnya.
Tambahan kromosom
Menurut National Health Service (NHS) Inggris, keberadaan kromosom X tambahan membuat lelaki mengidap Sindrom Klinefelter.
Pada pengidap sindrom Klinefelter, seorang anak laki-laki dilahirkan dengan salinan tambahan kromosom X (XXY).
"Anak laki-laki dan pria dengan sindrom Klinefelter masih secara genetik laki-laki, dan seringkali tidak menyadari bahwa mereka memiliki kromosom ekstra ini, tetapi kadang-kadang dapat menyebabkan masalah yang mungkin memerlukan pengobatan," menurut NHS.
Sindrom Klinefelter biasanya tidak menimbulkan gejala yang jelas di awal masa kanak-kanak. Berikut beberapa di antaranya:
[Gambas:Infografis CNN]
Pada bayi dan balita, contohnya, gejalanya berupa otot lemah dan persendian yang sangat fleksibel (hypermobile); belajar duduk, merangkak, berjalan dan berbicara lebih lambat dari biasanya;
Lebih pendiam dan lebih pasif dari biasanya, memiliki testis yang tidak turun, hanya satu testis, atau penis yang lebih kecil.
Pada anak-anak, gejalanya rasa malu dan rendah diri, masalah dengan membaca, menulis, mengeja dan memperhatikan, disleksia ringan atau dyspraxia, tingkat energi rendah, dan kesulitan bersosialisasi atau mengungkapkan perasaan.
Pada remaja, tumbuh lebih tinggi dari yang diharapkan (dengan lengan dan kaki panjang), pinggul lebar, pertumbuhan otot lebih lambat, rambut wajah dan tubuh berkurang, testis kecil, dan payudara membesar.
Pada masa dewasa ada gejala berupa ketidakmampuan untuk memiliki anak secara alami (infertilitas), dorongan seks rendah, testis kecil, keras, dan masalah ereksi.
NHS juga menyebut pria dengan sindrom Klinefelter memiliki risiko yang sedikit lebih tinggi untuk mengalami beberapa penyakit.
Yakni, diabetes tipe 2, tulang lemah dan rapuh (osteoporosis), penyakit kardiovaskular atau jantung dan pembekuan darah, gangguan autoimun (di mana sistem kekebalan secara keliru menyerang tubuh) seperti lupus, kelenjar tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme).
Selain itu, ada potensi kecemasan, kesulitan belajar, dan depresi - meskipun kecerdasan biasanya tidak terpengaruh
"Masalah-masalah ini biasanya dapat diobati jika memang terjadi dan terapi penggantian testosteron dapat membantu mengurangi risiko," kata NHS.