Sains Jelaskan Polemik Gender itu Cuma Laki-laki dan Perempuan

CNN Indonesia
Jumat, 09 Jun 2023 09:30 WIB
Pelajaran Biologi di sekolahan dan sosial hanya mengajarkan soal dikotomi laki-laki dan perempuan. Bagaimana sains terkini memandangnya?
Ilustrasi. Kromosom disebut jadi penentu utama gender. (Istockphoto/BlackJack3D)

Liza Brusman, pakar biologi molekuler dari University of Colorado Boulder, AS, mengatakan gender itu bak spektrum atau rangkaian yang berkesinambungan, tak biner. Menurutnya, banyak orang yang memiliki kombinasi karakteristik fisik 'laki-laki' dan 'perempuan'.

Contoh, beberapa orang dengan insensitivitas androgen memiliki kromosom XY, testis internal, dan genitalia eksternal wanita. Ciri-ciri, termasuk kadar hormon, juga dapat sangat bervariasi baik di dalam maupun di antara jenis kelamin.

Misalnya, pelari Afrika Selatan Caster Semenya diperintahkan untuk menurunkan kadar testosteron alaminya yang tinggi. Padahal, katanya, penelitian menunjukkan bahwa karena kadar testosteron memang sangat bervariasi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ilmunya jelas - seks adalah spektrum," ucap Brusman, dikutip dari MassiveScience.

Ia juga mengkritik pelajaran di sekolah yang sering tidak akurat menyebut bahwa semua bayi mewarisi kromosom seks XX atau XY, dan memiliki kromosom XX menjadikan Anda perempuan, sedangkan XY menjadikan Anda laki-laki.

Pada kenyataannya, orang dapat memiliki XXY, XYY, X, XXX, atau kombinasi kromosom lainnya. Hal itu diklaimnya dapat menghasilkan berbagai karakteristik seks.

Ketika embrio pertama kali berkembang, Brusman menyebut semuanya dimulai dengan saluran reproduksi dasar yang sama, terlepas dari kromosom atau gennya.

Selama perkembangan embrio khas, embrio dengan gen SRY (biasanya ditemukan pada kromosom Y) mengembangkan testis, vesikula seminalis, epididimis, vas deferens, dan penis.

Jika embrio itu memiliki gen WNT4 fungsional (yang ditemukan pada kromosom 1) dan tanpa gen SRY, sistem reproduksinya berkembang menjadi ovarium, rahim, saluran tuba, dan vagina.

"Namun terkadang orang berakhir dengan sifat interseks, yang sering disebut dalam latar medis sebagai perbedaan perkembangan jenis kelamin (DSD)."

Ada banyak cara orang bisa menjadi interseks. Sebagai contoh, embrio XX dengan gen SRY akan berkembang sebagai pejantan tipikal, sedangkan embrio XY yang tidak memiliki gen SRY akan berkembang sebagai betina tipikal.

Ada juga varian genetik lain dalam sejumlah gen yang dapat mengubah kadar hormon, menghasilkan sistem reproduksi yang tidak sepenuhnya laki-laki atau perempuan. Perubahan ini bisa menyebabkan sistem reproduksi seseorang tidak "cocok" dengan kromosomnya.

Tambahan kromosom

Menurut National Health Service (NHS) Inggris, keberadaan kromosom X tambahan membuat lelaki mengidap Sindrom Klinefelter.

Pada pengidap sindrom Klinefelter, seorang anak laki-laki dilahirkan dengan salinan tambahan kromosom X (XXY).

"Anak laki-laki dan pria dengan sindrom Klinefelter masih secara genetik laki-laki, dan seringkali tidak menyadari bahwa mereka memiliki kromosom ekstra ini, tetapi kadang-kadang dapat menyebabkan masalah yang mungkin memerlukan pengobatan," menurut NHS.

Sindrom Klinefelter biasanya tidak menimbulkan gejala yang jelas di awal masa kanak-kanak. Berikut beberapa di antaranya:

Pada bayi dan balita, contohnya, gejalanya berupa otot lemah dan persendian yang sangat fleksibel (hypermobile); belajar duduk, merangkak, berjalan dan berbicara lebih lambat dari biasanya;

Lebih pendiam dan lebih pasif dari biasanya, memiliki testis yang tidak turun, hanya satu testis, atau penis yang lebih kecil.

Pada anak-anak, gejalanya rasa malu dan rendah diri, masalah dengan membaca, menulis, mengeja dan memperhatikan, disleksia ringan atau dyspraxia, tingkat energi rendah, dan kesulitan bersosialisasi atau mengungkapkan perasaan.

Pada remaja, tumbuh lebih tinggi dari yang diharapkan (dengan lengan dan kaki panjang), pinggul lebar, pertumbuhan otot lebih lambat, rambut wajah dan tubuh berkurang, testis kecil, dan payudara membesar.

Lihat Juga :

Pada masa dewasa ada gejala berupa ketidakmampuan untuk memiliki anak secara alami (infertilitas), dorongan seks rendah, testis kecil, keras, dan masalah ereksi.

NHS juga menyebut pria dengan sindrom Klinefelter memiliki risiko yang sedikit lebih tinggi untuk mengalami beberapa penyakit.

Yakni, diabetes tipe 2, tulang lemah dan rapuh (osteoporosis), penyakit kardiovaskular atau jantung dan pembekuan darah, gangguan autoimun (di mana sistem kekebalan secara keliru menyerang tubuh) seperti lupus, kelenjar tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme).

Selain itu, ada potensi kecemasan, kesulitan belajar, dan depresi - meskipun kecerdasan biasanya tidak terpengaruh

"Masalah-masalah ini biasanya dapat diobati jika memang terjadi dan terapi penggantian testosteron dapat membantu mengurangi risiko," kata NHS.

(lom/arh)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER