Ketiga, suhu muka laut atau sea surface temperature (SST) mencapai anomali +0.5 ⁰C sampai +1.7 ⁰C.
BMKG menyebut ini dapat meningkatkan potensi penguapan (penambahan massa uap air) di Samudra Hindia barat Aceh, Selat Malaka, Laut Natuna, Selat Sunda, Laut Jawa, Selat Madura, Laut Bali, Selat Makassar, Laut Sulawesi, Teluk Bone, Teluk Tomini, Laut Flores, Laut Seram, Teluk Cendrawasih dan Samudra Pasifik utara Papua.
Keempat, Indeks Seruakan Dingin (Cold Surge), yang merupakan massa udara dingin dari Asia, mencapai -2.4 yang berarti tidak signifikan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Kelima, Bibit Siklon Tropis 93W terpantau berada di Samudera Pasifik sebelah utara Papua. Kecepatan angin maksimum mencapai 15 knots, dan tekanan udara minimum 1007.0 mb.
Meski potensinya menjadi siklon tropis dalam 24 jam ke depan dalam kategori rendah, nibit siklon tersebut membentuk daerah perlambatan kecepatan angin (konvergensi) dan pertemuan angin (konfluensi) memanjang di Samudra Pasifik Utara Pulau Halmahera, dan Samudra Pasifik Timur Filipina.
Keenam, Sirkulasi Siklonik terpantau di Samudra Hindia Barat Sumatra Barat, dan di Samudra Hindia Selatan Jawa Timur. Hal ini membentuk daerah perlambatan kecepatan angin dan pertemuan angin di Samudra Hindia Barat Daya Bengkulu, dan dari Samudra Hindia Selatan Bali hingga Jawa Timur.
"Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar bibit siklon/sirkulasi siklonik/konvergensi dan di sepanjang daerah konfluensi tersebut."
Ketujuh, daerah konvergensi atau perlambatan kecepatan angin terpantau memanjang di Teluk Thailand, di Laut Cina Selatan, dari pesisir barat Bengkulu hingga Sumatra Utara, dari Pesisir Utara Jawa Timur hingga Laut Jawa Bagian Barat.
Selain itu, dari Laut Seram hingga Sulawesi Tengah, dari Teluk Carpentaria hingga Laut Arafuru, dan dari Papua Tengah hingga Papua Barat.
Ada pula daerah pertemuan angin (konfluensi) di Laut Cina Selatan, Laut Banda, Laut Flores hingga Laut Jawa, Samudra Hindia Selatan NTT hingga Bali, dan dari Laut Arafuru hingga Laut Aru.
"Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sepanjang daerah konvergensi/konfluensi tersebut."
Kedelapan, intrusi udara kering (Dry Intrusion). Fenomena ini melintasi Samudra Hindia selatan Jawa Timur hingga Barat Daya Lampung. Hal ini mampu mengangkat uap air basah di Samudera Hindia Selatan Jawa.
BMKG menyebut "Labilitas Lokal Kuat yang mendukung proses konvektif pada skala lokal" terdapat di wilayah Aceh, Sumatera Barat, Bengkulu, Jawa Barat, Kalimantan Utara, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, dan Papua Barat.
"Hasil analisis kondisi lokal/mikro menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan aktivitas konvektif akibat kondisi labilitas yang kuat di wilayah Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kep. Riau, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, Maluku dan Papua," tandas BMKG.
Dengan faktor-faktor ini, BMKG pun mengeluarkan peringatan potensi hujan lebat di banyak wilayah, Selasa (27/6).
Yakni, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Kep. Bangka Belitung, Jawa Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Maluku, Papua Barat dan Papua.
(arh)