Cerita Karyawan Makin Kerja Rodi Karena AI: Seperti Kelinci Percobaan

CNN Indonesia
Senin, 31 Jul 2023 07:44 WIB
Pengalaman sejumlah perusahaan dan survei menunjukkan AI justru membuat pekerjaan makin banyak. Sementara, tak ada peningkatan gaji pegawai.
Ilustrasi. Tren AI yang dipicu ChatGPT melanda Google hingga Microsoft. (Foto: REUTERS/FLORENCE LO)

Ivana Saula, direktur penelitian untuk International Association of Machinists and Aerospace Worker, mengatakan para pekerja di serikatnya merasa seperti "kelinci percobaan" buntut peluncuran alat bertenaga AI di tempat kerja.

Serikat ini mewakili berbagai pekerja, termasuk dalam bidang transportasi udara, tenaga kesehatan, pelayanan publik, manufaktur dan industri nuklir.

Menurut Saula, penggunaan AI tidak selalu berjalan mulus dan sering kali menghasilkan lebih banyak "tugas sisa yang masih perlu diselesaikan manusia."

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal ini mencakup tugas-tugas logistik tambahan yang tidak dapat dilakukan oleh mesin, sehingga menambah lebih banyak waktu dan tekanan pada alur kerja sehari-hari.

"Mesin tidak akan pernah dapat sepenuhnya menggantikan manusia. Mesin dapat menggantikan aspek-aspek tertentu dari apa yang dilakukan pekerja, tapi ada beberapa tugas yang harus dilakukan oleh manusia," ungkapnya.

Para pekerja juga mengatakan bahwa "beban kerja saya lebih berat" setelah penerapan AI dan "intensitas pekerjaan saya jauh lebih cepat karena sekarang diatur oleh mesin."

Dia menambahkan bahwa masukan dari pekerja menunjukkan betapa pentingnya untuk "benar-benar melibatkan pekerja dalam proses implementasi."

"Karena ada pengetahuan di lapangan, di garis depan, yang perlu diketahui oleh pemberi kerja," katanya. "Dan seringkali, menurut saya ada keterputusan antara pekerja garis depan dengan apa yang terjadi di lantai pabrik, dan manajemen tingkat atas, dan belum lagi CEO."

Mungkin tidak ada pro dan kontra AI untuk bisnis seperti di industri media. Alat-alat ini menawarkan janji untuk mempercepat, bahkan mengotomatiskan penulisan naskah, iklan, dan pekerjaan editorial tertentu, tetapi sudah ada beberapa kesalahan penting.

Misalnya, media CNET harus mengeluarkan koreksi substansial awal tahun ini setelah bereksperimen dengan menggunakan AI untuk menulis berita.

Apa yang seharusnya menjadi cerita sederhana yang ditulis AI tentang Star Wars yang diterbitkan oleh Gizmodo awal bulan ini juga memerlukan koreksi dan mengakibatkan kekacauan.

Infografis Perkembangan Kecerdasan Buatan Dari Masa ke MasaInfografis Perkembangan Kecerdasan Buatan Dari Masa ke Masa (Foto: Laudy Gracivia)

Namun, kedua media tersebut telah mengisyaratkan bahwa mereka akan tetap menggunakan teknologi tersebut untuk membantu ruang redaksi.

Sementara, pihak lain seperti Clarke, sang penerbit telah mencoba melawan dampak kebangkitan AI dengan mengandalkan lebih banyak AI. Clarke mengatakan timnya kini beralih ke pendeteksi bertenaga AI dari karya yang dihasilkan AI untuk menangani banjir kiriman tulisan.

Nyatanya, alat ini belum cukup membantu karena tidak dapat diandalkan menandai "positif palsu dan negatif palsu," terutama bagi penulis yang bahasa keduanya adalah bahasa Inggris.

"Dengarkan para ahli AI ini, mereka terus berbicara tentang bagaimana hal-hal ini akan melakukan terobosan luar biasa di berbagai bidang," kata Clarke. "Tapi itu bukan bidang tempat mereka bekerja saat ini."

(dmi/arh)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER