Anders membandingkannya dengan studio musik, yang memanfaatkan dinding berlapis kedap suara untuk meminimalkan akustik, sehingga musisi dapat mengekstraksi "suara murni" dari musik tersebut. Musisi kemudian menerapkan filter dan merekayasa rekaman tersebut untuk menghasilkan lagu sesuai keinginan mereka.
Anders dan kolaboratornya menerapkan filter mereka pada gelombang murni yang mereka ukur keluar dari inti konvektif. Mereka kemudian mengikuti gelombang yang memantul dalam model bintang, akhirnya menemukan bahwa filter mereka secara akurat menggambarkan bagaimana bintang mengubah gelombang yang berasal dari inti.
Mereka kemudian mengembangkan filter berbeda untuk mengetahui bagaimana gelombang memantul di dalam bintang sungguhan. Dengan menerapkan filter ini, simulasi yang dihasilkan menunjukkan para astronom mengharapkan gelombang muncul jika dilihat melalui teleskop yang kuat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bintang menjadi sedikit lebih terang atau sedikit lebih redup tergantung pada berbagai hal yang terjadi secara dinamis di dalam bintang," kata Anders.
"Kelap-kelip yang disebabkan oleh gelombang ini sangat halus, dan mata kita tidak cukup peka untuk melihatnya. Tapi teleskop masa depan yang kuat mungkin dapat mendeteksinya," imbuhnya.
Anders dan tim kemudian menggunakan simulasi mereka untuk menghasilkan suara. Karena gelombang ini berada di luar jangkauan pendengaran manusia, para peneliti secara seragam meningkatkan frekuensi gelombang agar terdengar.
Bergantung pada seberapa besar atau terangnya bintang masif, konveksi menghasilkan gelombang yang sesuai dengan suara yang berbeda. Gelombang yang muncul dari inti bintang besar, misalnya, mengeluarkan suara seperti senjata sinar yang melengkung, meledak melalui lanskap asing.
Tapi bintang mengubah suara ini saat gelombang mencapai permukaan. Untuk bintang besar, gelombang seperti senapan sinar bergeser menjadi gema rendah yang bergema melalui ruangan kosong. Sebaliknya, gelombang di permukaan bintang berukuran sedang memunculkan gambar dengungan yang terus-menerus melalui medan berangin.
Dan gelombang permukaan pada bintang kecil terdengar seperti peringatan menyedihkan dari sirene cuaca.
Selanjutnya, Anders dan timnya mengalunkan lagu-lagu melalui bintang-bintang yang berbeda untuk mendengarkan bagaimana bintang-bintang tersebut mengubah lagu-lagu. Mereka mentransmisikan klip audio pendek dari "Jupiter" (sebuah gerakan dari rangkaian orkestra "The Planets" oleh komposer Gustav Holst) dan dari "Twinkle, Twinkle, Little Star" melalui tiga ukuran bintang masif (besar, sedang, dan kecil). Ketika disebarkan melalui bintang-bintang, semua lagu terdengar jauh dan menghantui - seperti sesuatu dari "Alice in Wonderland."
"Kami penasaran bagaimana sebuah lagu terdengar jika didengarkan melalui bintang," kata Anders.
"Bintang-bintang mengubah musiknya dan, dengan demikian, mengubah tampilan gelombang jika kita melihatnya berkelap-kelip di permukaan bintang," imbuhnya.