Masih Normalkah Panas di Indonesia? Simak Penjelasan BMKG

CNN Indonesia
Minggu, 13 Agu 2023 06:49 WIB
Ilustrasi. BMKG mengungkapkan Indonesia dikepung suhu panas hingga 35 derajat Celsius. (Foto: CNN Indonesia/ Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia --

Suhu panas terasa di banyak wilayah Indonesia, terutama yang sudah lama tak dihampiri hujan. Masih normalkah, mengingat gelombang panas sedang rutin menerjang belahan Bumi utara?

Sebelumnya, heatwave masih rutin melanda sejumlah negara di belahan Bumi utara, seperti Eropa, AS, China, Korsel. 

Kepala Pusat Meteorologi Publik Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Andri Ramdani mengungkapkan, berdasarkan data terkini, kondisi suhu maksimum pada siang hari di wilayah Indonesia terukur umumnya masih berada pada kisaran 33–35 derajat Celsius.

"Kondisi kisaran suhu ini relatif masih normal dengan variasi terpanas terjadi pada siang hari," ungkapnya, dalam keterangan tertulis, Kamis (10/8).

Di sisi lain, katanya, ada variasi suhu minimum terendah di Enarotali, Papua dan Wamena, Jayawijaya dengan kisaran 14-15 derajat C.

Andri menjelaskan wilayah dengan suhu panas di antaranya Sumatera bagian selatan, Kalimantan bagian selatan, pulau Jawa, hingga Nusa Tenggara.

Menurutnya, zona-zona ini memiliki kondisi awan yang sangat rendah. Awan berfungsi untuk mengurangi sengatan sinar Matahari.

"Kondisi tersebut terjadi cuaca umumnya cerah pada siang hari dan ada potensi pertumbuhan awan yang minim," jelasnya.

Berdasarkan Ikhtisar Cuaca Harian BMKG per Sabtu (12/8), hanya sejumlah kecil daerah mendapat hujan. Di antaranya, Stasiun Geofisika Deli Serdang, Sumatera Utara dengan curah hujan 58,5 mm dan Stasiun Meteorologi Tebelian, Kalimantan Barat, 41,7 mm.

Daerah Jabodetabek sendiri hanya dua titik stasiun yang terpantau hujan tipis. Yakni, AWS IPB Bogor dengan curah hujan 1,0 mm dan Cibeureum Bogor 0,2 mm.

Suhu Jakarta per Minggu (13/8) pun diperkirakan ada pada kisaran 23–34 derajat C.

Dampak El Nino

Meski masih dalam kondisi lemah, El Nino sudah berdampak pada setidaknya enam wilayah di bagian selatan khatulistiwa.

Merujuk data BMKG, sejumlah indikator yang menunjukkan El Nino masih tak signifikan. Yakni, Southern Oscillation Index (SOI) pada angka -13, Indeks NINO 3.4 ada pada angka +1.04 (El Nino lemah).

Selain itu, indikator Indian Ocean Dipole (IOD), yakni Dipole Mode Index (DMI) mencapai +0.20.

Andri pun mengungkap wilayah-wilayah yang terdampak El Nino. Gejalanya berupa kekeringan secara umum seminggu ke depan. Wilayah-wilayah itu antara lain Sumatera bagian selatan, Kalimantan bagian selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan Papua bagian selatan.

Sementara, daerah yang sudah mengalami musim kemarau mencapai 63 persen atau 439 Zona Musim (ZOM).

"BMKG membuat zona musim atau ZOM, kita membagi ZOM di Indonesia menjadi 699. Saat ini sudah 63 persen dari 699 itu yang sudah memasuki periode kemarau," ujar Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG Fachri Radjab beberapa waktu lalu.

Artinya, yang sudah terdampak langsung dari El Nino itu sudah sekitar 63 persen wilayah zona musim tadi. El Nino merupakan fenomena atmosfer yang disebabkan oleh peningkatan suhu muka laut di Samudera Pasifik Timur.

Peningkatan suhu tersebut membuat berkurangnya udara basah yang dibawa ke wilayah Indonesia.

Dengan demikian, udara yang masuk ke Indonesia relatif kering dan membuat beberapa perubahan seperti curah hujan yang berkurang, tutupan awan yang berkurang, dan suhu yang semakin tinggi.



(can/dmi)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK