Pesawat Antariksa Mampir ke Bumi Usai 17 Tahun 'Memburu' Matahari

CNN Indonesia
Jumat, 11 Agu 2023 19:21 WIB
Ini merupakan kunjungan pertama kalinya pesawat milik Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) itu ke Bumi setelah 17 tahun mengorbit di Matahari.
Ilustrasi. (Foto: NASA)

Mampirnya STEREO-A ke Bumi tidak sekadar mencari tahu apa yang wahana itu lihat, tapi juga apa yang mereka rasakan dan hal ini dapat mengarah pada sebuah penemuan besar.

Ketika material-material matahari yang dikenal sebagai coronal mass ejection atau CME, tiba di Bumi, hal itu dapat mengganggu sinyal satelit dan radio, bahkan menyebabkan melonjaknya jaringan listrik di Bumi, atau mungkin saja hampir tidak memiliki pengaruh sama sekali.

Itu semua tergantung pada medan magnet yang tertanam di dalamnya, yang dapat berubah secara dramatis dalam jarak 149 juta mil antara Matahari dan Bumi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk memahami bagaimana medan magnet CME berevolusi dalam perjalanannya menuju Bumi, para ilmuwan membuat model komputer dari letusan Matahari, dan memperbaruinya dengan setiap kali ada pengamatan pesawat ruang angkasa baru. Namun, data dari satu wahana antariksa hanya dapat memberi sedikit informasi.

"Itulah yang kami hadapi saat ini dengan CME, karena kami biasanya hanya memiliki satu atau dua wahana antariksa yang bersebelahan untuk mengukurnya," ungkap Toni Galvin, profesor di University of New Hampshire dan peneliti utama untuk salah satu instrumen STEREO-A.

Selama beberapa bulan sebelum dan sesudah STEREO-A melintasi Bumi, CME yang mengarah ke Bumi akan melintas di atas STEREO-A dan wahana antariksa dekat Bumi lainnya, sehingga para peneliti dapat melakukan pengukuran multipoint yang sangat dibutuhkan dalam CME.

Matahari yang berbeda secara fundamental

STEREO-A juga pernah mendekati Bumi pada 2006, tak lama setelah diluncurkan. Peristiwa itu terjadi selama "Solar Minimum", titik terendah dalam siklus aktivitas tinggi dan rendah Matahari yang berlangsung sekitar 11 tahun.

"Matahari begitu sunyi pada saat itu. Saya melihat kembali data dan saya berkata 'Oh ya, saya mengenali wilayah aktif itu' ada satu, dan kami mempelajarinya," kata Kucera.

Sekarang, saat kita mendekati ramalan fenomena Matahari Maksimal atau Solar Maximum yang akan terjadi pada 2025, Matahari tidak lagi seperti dulu. Fenomena ini menandai puncak aktivitas Matahari ketika medan magnetnya mencapai titik terkuat dan paling tidak teratur alias dinamis.

"Dalam fase siklus Matahari ini, STEREO-A akan mengalami Matahari yang berbeda secara fundamental. Banyak ilmu yang bisa didapat dari situ," kata Guhathakurta.



(tim/dmi)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER