Polusi Udara Sedang 'Brutal', 100 Persen Aman Jika di Rumah Saja?

CNN Indonesia
Senin, 14 Agu 2023 12:45 WIB
Saat Tangsel dan Jakarta terus jadi langganan kota dengan kualitas udara terburuk RI, pertanyaan selanjutnya adalah apakah diam di rumah bisa jadi solusi?
Ilustrasi. Pakar mengungkap udara dalam ruangan tak 100 persen aman. (cnnindonesia/andrynovelino)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pekatnya polusi udara di luar ruangan di sejumlah kota membuat sejumlah pihak memilih untuk berlindung di rumah atau kantor. Namun, apakah betul udara di dalam ruangan 100 persen aman?

Dalam beberapa pekan terakhir, polusi udara kian pekat. Langit DKI Jakarta pun diselimuti kabut asap lantaran mengandung polutan yang tinggi.

Berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir per Senin (14/8) per pukul 11.41 WIB, Terentang (Kalimantan Barat) jadi wilayah dengan kualitas udara terburuk se-Indonesia dengan skor 182 atau masuk kategori tak sehat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di tempat berikutnya, Tangerang Selatan (Banten) dapat skor 168 dan Jakarta punya nilai 159. Kedua kota itu juga sama-sama masuk kategori udara tak sehat.

Polusi udara di luar ruangan umumnya terdiri dari beberapa jenis polutan berikut:

PM10

Materi partikulat PM10 ini berukuran lebih kecil dari 10 mikron (sepersejuta meter), seperti debu, serbuk sari, dan jamur. Banyak partikel PM10 di luar ruangan yang memiliki sumber alami, seperti kegiatan konstruksi dan pertanian.

PM2.5

PM2,5 merupakan partikel yang berukuran lebih kecil dari 2,5 mikron. Sebagian besar PM2.5 berada di luar ruangan yang dihasilkan oleh aktivitas manusia, seperti knalpot kendaraan, emisi pabrik, dan asap dari pembakaran kayu dan bahan bakar biomassa.

PM2.5 juga merupakan komponen utama dari asap kebakaran hutan.

Partikel ultrafine

Partikel ultrafine (UFP) berdiameter lebih kecil dari 0,1 mikron. Partikel-partikel kecil ini dapat menembus jaringan paru-paru ke dalam aliran darah dan hampir semua organ dalam tubuh.

Dikutip dari situs pemantauan kualitas udara IQAir, meningkatnya konsentrasi polutan di luar ruangan dipengaruhi oleh berbagai kondisi, di antaranya perubahan cuaca, iklim, dan aktivitas manusia.

Dengan tingginya polusi udara itu, warga pun mulai berkampanye untuk tetap berada di dalam ruangan.

"Covid dah gak ada, tapi tetep harus pake masker kalo keluar rumah gegara polusi nya parah banget beberapa minggu terakhir," kicau akun @Imade_kun.

"Ngomongin soal polusi, kerja remote memang solusi paling bener dan realistis di Indonesia. Selain dompet sehat, paru2 juga sehat. Sehabis itu invest di panel surya dan air purifier. Diam di rumah itu hemat biaya, energi, sehat jasmani dan rohani soalnya bs liat anak tiap saat," ujar akun @ardfard101.

Penelitian selama dua tahun oleh para ahli di School of Public Health, University of California at Berkeley, terhadap hampir 10 ribu responden mengungkap orang menghabiskan sekitar 87 persen waktu mereka dalam sehari di dalam rumah atau gedung.

Sementara 6 persen lainnya di dalam kendaraan tertutup.

Kualitas bangunan

Meski demikian, penelitian Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (EPA) menunjukkan polusi udara di dalam dan di luar ruangan saling berkaitan erat.

"Sebagian besar polutan yang memengaruhi kualitas udara dalam ruangan berasal dari sumber di dalam gedung, meskipun beberapa berasal dari luar ruangan," demikian pernyataan lembaga tersebut.

"Konsentrasi beberapa polutan seringkali 2 sampai 5 kali lebih tinggi daripada konsentrasi di luar ruangan biasa," lanjut EPA.

Polutan udara luar ruangan, menurut EPA, dapat memasuki ke dalam bangunan melalui pintu terbuka, jendela terbuka, sistem ventilasi, dan retakan pada struktur.

Beberapa polutan masuk ke dalam ruangan melalui fondasi bangunan atau retakan. Misalnya, radon terbentuk di tanah sebagai uranium alami dalam batuan dan tanah yang membusuk.

Di daerah dengan air tanah atau tanah yang terkontaminasi, bahan kimia yang mudah menguap dapat memasuki bangunan melalui proses yang sama.

Bahan kimia yang mudah menguap dalam pasokan air juga dapat masuk ke udara dalam ruangan saat penghuni gedung menggunakan air (misalnya saat mandi, memasak).

"Saat orang memasuki gedung, mereka dapat secara tidak sengaja membawa masuk tanah dan debu pada sepatu dan pakaian mereka dari luar, bersama dengan polutan yang menempel pada partikel tersebut," kata EPA.

Senada, studi Dennis Y.C. Leung dari Departemen Teknik Mesin, Hong Kong University, berjudul 'Outdoor-indoor air pollution in urban environment: challenges and opportunity', 2014, mengungkap kualitas udara dalam ruangan tergantung dari bangunannya.

"Polutan udara juga dapat menembus lingkungan dalam ruangan melalui ventilasi mekanis dan alami, dan menyusup melalui celah dan kebocoran di pintu, dinding, dan jendela."

"Jumlah polutan udara yang diangkut masuk dan keluar dari tempat tinggal bergantung pada ventilasi dan laju infiltrasi udara luar, serta kualitas udara dalam dan luar ruangan yang ada."

Badan Kesehatan Dunia (WHO) bahkan menyebut tingkat polusi dapat menjadi 100 kali lebih buruk daripada polusi udara di luar ruangan. Hal itu terkait dengan penggunaan bahan bakar di dalam ruangan, seperti kompor dan perapian, sementara kondisi ventilasi rumah buruk.

"Di tempat tinggal yang berventilasi buruk, asap dalam ruangan dapat memiliki tingkat partikel halus 100 kali lebih tinggi dari yang dapat diterima," kata pernyataan lembaga.

[Gambas:Video CNN]

(arh/can/arh)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER