Jakarta, CNN Indonesia --
Polusi udara masih menjadi momok bagi warga di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Pemerintah pun berupaya segala cara, sampai belajar dari China hingga Amerika untuk mengatasi masalah tersebut.
Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Fachri Rajab mengungkap ada sejumlah hal yang dapat dicontoh Jabodetabek dari Beijing di China, hingga California di Amerika Serikat untuk menekan polusi.
"Kalau kita belajar polusi udara Beijing, apa yang dilakukan? Perintahkan 2.100 industri berhentikan atau kurangi aktivitas produksi," kata Fachri di Jakarta, Senin (28/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, Fachri menyebut saat itu Beijing memerintahkan peralihan dari kendaraan konvensional ke kendaraan listrik. Pemerintah Beijing saat itu juga meliburkan sekolah selama beberapa hari.
Menurut Fachri kebijakan itu terbilang sukses. Pasalnya, kebijakan tersebut berhasil mengurangi level polusi udara hingga 30 persen.
"Kurangi separuh kendaraan kecuali bus, ambulans. Sekolah libur beberapa hari, dan 33 provinsi di sekeliling Beijing menerapkan hal yang sama. Jadi enggak hanya Beijing. Itu berhasil kurangi polusi 30 persen," ungkap dia.
Fachri juga bicara soal penanganan polusi udara di California Selatan. Menurutnya otoritas California Selatan menerapkan pelbagai kebijakan yang tegas untuk mengurangi polusi.
Dalam paparannya, Fachri menjelaskan bahwa otoritas setempat menerapkan kebijakan dan program termasuk elektrifikasi kendaraan, penggunaan BBM yang lebih berkualitas untuk mobil, kapal laut, dan kereta.
"Walaupun selama 1994-2011 terdapat peningkatan 38 persen dari lalu lintas, 30 persen kenaikan populasi, dan 150 persen kenaikan aktivitas pelabuhan, level polusi turun dengan drastis dengan 54 persen penurunan konsentrasi NOx sebanyak 54 persen, gas organik reaktif sebanyak 65 persen, SOx sebanyak 40 persen, dan PM2.5 turun sebanyak 21 persen," demikian paparan dari Fachri.
Perang lawan polusi udara ala Beijing
Pada tahun 1998, Beijing menyatakan perang terhadap polusi udara. Tantangannya adalah menemukan cara untuk meningkatkan kualitas udara di salah satu kota terbesar dan paling cepat berkembang di China.
Butuh waktu 20 tahun sampai akhirnya Beijing memenangi peperangan tersebut. Kualitas udara telah meningkat secara substansial, dan pelajaran yang dipetik memberikan peta jalan bagi kota-kota lain untuk mengatasi polusi udara.
"Peningkatan kualitas udara ini tidak terjadi secara kebetulan. Ini adalah hasil dari investasi waktu, sumber daya, dan kemauan politik yang sangat besar," kata Joyce Msuya, Pelaksana Tugas Direktur Eksekutif Lingkungan PBB, mengutip laman Climate and Clean Air Coalition.
"Memahami kisah polusi udara Beijing sangat penting bagi negara, distrik, atau kota mana pun yang ingin mengikuti jalan yang sama," tambahnya.
Merujuk laporan bertajuk A Review of 20 years' Air Pollution Control in Beijing ada sejumlah hal yang dilakukan pemerintah setempat. Dua hal utama adalah mengurangi emisi dari sumber pembakaran batu bara serta pengendalian emisi gas buang dari kendaraan.
Pembakaran batu bara selalu menjadi sumber polusi udara utama di Beijing, dan kota ini terus mempromosikan pengendalian pembuangan akhir dan penyesuaian struktur energi selama 20 tahun terakhir. Berfokus pada pembangkit listrik, ketel uap berbahan bakar batu bara dan penggunaan batu bara untuk rumah tangga, sumber polusi dikendalikan secara bersamaan, dan dapat mencapai kemajuan yang luar biasa.
Beijing menetapkan kebijakan yang cukup radikal dengan mengubah pembangkit listrik tenaga batu bara menjadi tenaga gas sejak 2005. Hasilnya, kebijakan ini dapat mengurangi pembakaran batu bara hingga hampir 11 juta ton pada tahun 2017.
Pengolahan terminal efisiensi tinggi terus direnovasi dan standar emisi sangat rendah diberlakukan selama periode ini. Pada tahun 2017, emisi PM2.5, SO2, dan NOx masing-masing berkurang sebesar 97 persen, 98 persen dan 86 persen dibandingkan dengan 20 tahun sebelumnya, yang menghasilkan manfaat lingkungan dan kesehatan yang signifikan.
Kemudian, Beijing juga mengontrol emisi gas buang dari kendaraan bermotor. Pencegahan dan pengendalian polusi kendaraan sejak lama menjadi tugas penting dalam pengendalian polusi udara Beijing.
Berfokus pada kendaraan baru, kendaraan yang sedang digunakan, dan kualitas bahan bakar, Beijing telah menerapkan serangkaian standar emisi lokal dan langkah-langkah pengendalian yang komprehensif; serta memperkuat manajemen lalu lintas dan pemberian insentif ekonomi secara terus menerus.
Beijing juga mengembangkan kerangka kerja "Kendaraan-Bahan Bakar-Jalan" yang terintegrasi. Lebih penting lagi, sistem transportasi umum berskala besar telah dibangun untuk memungkinkan terbentuknya kebiasaan perjalanan dalam kota yang ramah lingkungan dan rendah karbon secara bertahap oleh masyarakat.
Meski jumlah kendaraan meningkat tiga kali lipat di Beijing selama dua dekade terakhir, total emisi polutan menurun drastis. Dibandingkan dengan tahun 1998, emisi CO, THC, NOx dan PM2.5 dari sektor transportasi telah berkurang hampir 1.105 ribu, 94 ribu, 71 ribu dan 6 ribu pada tahun 2017, dengan tingkat penurunan masing-masing sebesar 89 persen, 64 persen, 55 persen dan 81 persen. Penghapusan kendaraan yang lebih tua memberikan kontribusi paling signifikan selama periode ini.
Koordinasi antarkota
Tidak hanya itu, Beijing juga melakukan koordinasi dengan pemerintah kota lain yang terhubung dengan Ibu Kota China itu.
Beijing secara aktif berusaha mengkoordinasikan langkah-langkah pengendalian polusi udara dengan daerah sekitarnya. Pada akhir tahun 2013, Beijing diminta untuk memimpin pembentukan Mekanisme Pencegahan dan Pengendalian Polusi Udara Terkoordinasi di Beijing-Tianjin-Hebei dan Daerah Sekitarnya dengan dukungan dari Dewan Negara Tiongkok.
[Gambas:Photo CNN]
Pada tahun 2017, mantan Kementerian Perlindungan Lingkungan mengidentifikasi 28 kota di Beijing-Tianjin-Hebei dan Daerah Sekitarnya sebagai jalur transportasi polusi udara
Melalui perencanaan kolaboratif, standar terpadu, tanggap darurat bersama, dan berbagi informasi, kualitas udara di seluruh wilayah telah meningkat secara signifikan. Dengan cara ini, konsentrasi PM2.5 rata-rata tahunan di Beijing-Tianjin-Hebei dan sekitarnya menurun hampir 25 persen selama 2013-2017.
[Gambas:Video CNN]