Joeri Rogelj, Direktur Penelitian di Grantham Institute dan Profesor Ilmu & Kebijakan Iklim di Pusat Kebijakan Lingkungan di Imperial College London, menambahkan pembaruan anggaran karbon ini diharapkan dan sepenuhnya konsisten dengan Laporan Iklim PBB terbaru.
"Laporan dari 2021 tersebut telah menyoroti bahwa ada kemungkinan satu dari tiga peluang bahwa anggaran karbon yang tersisa untuk 1,5°C dapat menjadi sekecil yang dilaporkan oleh studi kami sekarang," kata dia.
"Hal ini menunjukkan pentingnya untuk tidak hanya melihat estimasi pusat, tetapi juga mempertimbangkan ketidakpastian yang melingkupinya."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Studi ini juga menemukan bahwa anggaran karbon untuk kemungkinan 50 persen membatasi pemanasan hingga 2°C adalah sekitar 1.200 gigaton, yang berarti bahwa jika emisi karbon dioksida terus berlanjut pada tingkat saat ini, anggaran 2 derajat C akan habis pada 2046.
Banyak ketidakpastian dalam menghitung sisa anggaran karbon akibat pengaruh faktor-faktor lain, termasuk pemanasan dari gas selain karbon dioksida dan efek emisi yang sedang berlangsung yang tidak diperhitungkan dalam model.
Penelitian baru ini menggunakan set data yang diperbarui dan pemodelan iklim yang lebih baik dibandingkan dengan estimasi terbaru lainnya, yang diterbitkan pada bulan Juni, mengkarakterisasi ketidakpastian ini dan meningkatkan kepercayaan diri di sekitar estimasi anggaran karbon yang tersisa.
Metodologi yang diperkuat juga memberikan wawasan baru mengenai pentingnya potensi respons sistem iklim untuk mencapai titik nol.
'Net zero' mengacu pada pencapaian keseimbangan keseluruhan antara emisi global yang dihasilkan dan emisi yang diserap dari atmosfer.
Menurut hasil pemodelan dalam penelitian ini, masih terdapat ketidakpastian yang besar dalam cara berbagai bagian dari sistem iklim akan merespons pada tahun-tahun sebelum nol bersih tercapai.
Ada kemungkinan bahwa iklim akan terus menghangat karena efek seperti pencairan es, pelepasan metana, dan perubahan sirkulasi laut.
Namun, penyerap karbon seperti peningkatan pertumbuhan vegetasi juga dapat menyerap karbon dioksida dalam jumlah besar yang mengarah pada pendinginan suhu global sebelum nol bersih tercapai.
Lamboll mengatakan ketidakpastian ini semakin menyoroti kebutuhan mendesak untuk mengurangi emisi dengan cepat.
"Pada tahap ini, dugaan terbaik kami adalah bahwa pemanasan dan pendinginan yang berlawanan akan saling meniadakan satu sama lain setelah kita mencapai titik nol."
"Namun, hanya ketika kita berhasil mengurangi emisi dan semakin mendekati nol, kita baru bisa melihat seperti apa penyesuaian pemanasan dan pendinginan dalam jangka panjang," ucap dia.
"Setiap sepersekian derajat pemanasan akan mempersulit kehidupan manusia dan ekosistem. Studi ini merupakan peringatan lain dari komunitas ilmiah. Sekarang terserah pemerintah untuk bertindak," tutupnya.