KRISIS IKLIM

Ahli Ungkap Penjajahan Israel Bikin Krisis Iklim Palestina Makin Ngeri

CNN Indonesia
Senin, 06 Nov 2023 12:48 WIB
Para pakar mengungkap bahwa agresi Israel ke Jalur Gaza di Palestina telah memperburuk kondisi krisis iklim. Simak penjelasannya.
Ilustrasi. Pakar dan sejumlah studi mengungkap agresi Israel ke Palestina memperburuk krisis iklim. (Foto: REUTERS/MOHAMMED SALEM)

Butmeh mengatakan Palestina sedang berjuang melawan kekeringan dan kurangnya curah hujan karena perubahan iklim, dan suhu naik sangat tinggi di musim panas dan turun sangat rendah di musim dingin.

Ia mencatat bahwa telah terjadi penurunan intensitas curah hujan dalam 14 tahun terakhir, dan perubahan suhu serta curah hujan berdampak pada tanaman dan tingkat air tanah.

Menurut Butmen, penjajahan dan pembatasan Israel telah meningkatkan kerentanan di wilayah tersebut terhadap perubahan iklim.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Israel membatasi sumber daya air di wilayah yang berada di bawah kendali pemerintahan Palestina, meskipun mereka tidak memiliki otoritas. Izin harus diperoleh dari Israel untuk kegiatan-kegiatan seperti pengeboran sumur air di wilayah tersebut dan membangun pabrik pengolahan," jelas dia.

Ia menambahkan sebagian besar permintaan tersebut ditolak. Dia mencatat Israel mengizinkan sejumlah kecil bahan bakar masuk ke Gaza, yang berada di bawah blokade.

"Karena kebutuhan energi untuk fasilitas pengolahan air tidak dapat dipenuhi, fasilitas-fasilitas ini tidak dapat selalu beroperasi. Ini berarti air limbah dibuang ke laut tanpa pengolahan. Sebagai akibat dari air limbah yang dibuang menembus ke dalam akuifer pesisir, 96 persen air di wilayah tersebut tidak memenuhi kriteria yang layak untuk diminum," katanya.

Tidak hanya itu, Butmeh juga mengungkap bahwa pemerintah Israel telah membangun sebuah bendungan di perbatasan timur Gaza. Mereka tiba-tiba membuka bendungan tersebut, menyebabkan lahan pertanian terendam banjir.

Menurut dia hal ini menyebabkan kerusakan pada sebagian besar lahan pertanian dan tanaman di Gaza. Krisis iklim tidak hanya bersifat alamiah, tetapi juga politis di Palestina.

"Ketika perubahan iklim dikombinasikan dengan serangan Israel, lahan pertanian mengering karena tidak ada air untuk mengairi tanaman yang ditanam di sana, dan oleh karena itu, orang-orang berhenti mengolah tanah mereka," tambahnya.

Lebih lanjut pejabat tersebut menggarisbawahi bahwa produksi gandum sangat terpengaruh, dengan penurunan produksi sebesar 10 persen antara tahun 2010 dan 2020.

Butmeh mengatakan bahwa serangan terbaru ini akan menimbulkan dampak lingkungan yang serius dalam jangka panjang.

"Kita akan melihat dampaknya terhadap tanah, air, habitat laut, udara dan yang paling penting, kesehatan manusia. Saat ini, Israel telah memutus sumber air di Gaza dan Gaza telah kehabisan air yang dapat diminum," katanya.

"Warga Palestina hidup di bawah dua ancaman, pendudukan Israel dan perubahan iklim," katanya.

"Kami tidak dapat memerangi dampak perubahan iklim selama Israel melakukan pembatasan. Sebagai warga Palestina, kami berusaha mencari solusi yang berbeda untuk beradaptasi dengan perubahan iklim. Sebagai warga Palestina, kami memiliki hak untuk mendapatkan air dari sumber daya air kami sendiri.

"Kami sedang berjuang untuk mencapai hal ini. Terlepas dari semua pembatasan ini, kami akan terus bekerja untuk menemukan solusi. Kami melakukan yang terbaik untuk mencapai keadilan iklim di Palestina, tetapi tidak ada keadilan iklim di bawah penjajahan," tambahnya.



(tim/dmi)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER