Pelepasan nyamuk berbakteri Wolbachia ini sendiri merupakan bagian dari agenda World Mosquito Program (WMP), kelompok nirlaba milik Monash University, Australia, yang meneliti penyakit yang ditularkan oleh nyamuk.
Sejak melakukan pelepasan nyamuk Wolbachia pertama pada 2011, bukti dari studi percontohan internasional menunjukkan teknik ini efektif memerangi penyakit akibat nyamuk, terutama DBD.
Sebanyak 14 negara sudah bermitra dalam program Wolbachia ini. Namun, menurut dara WMP, baru beberapa di antaranya yang sudah terdata menunjukkan penurunan angka demam berdarah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga :101 SCIENCE Kenapa Nyamuk Menyedot Darah? |
Meski begitu, beberapa negara peserta lainnya sejauh ini belum menunjukkan wabah DBD, yakni, El Salvador, Sri Lanka, Honduras, Vietnam, Kiribati, Fiji, Vanuatu, dan Calodeonia Baru.
Berikut beberapa negara yang menujukkan hasil konkret Wolbachia berupa penurunan drastis angka demam berdarah:
Teknik ini pertama kali diuji di sejumlah wilayah di Queensland, 2011.
Nyamuk berbakteri Wolbachia disebar ke area dengan populasi 165.000 jiwa, termasuk penyebaran secara bertahap di wilayah Cairns pada 2011 hingga 2017, dan ke wilayah perkotaan di wilayah Cassowary Coast, Charters Towers, dan Douglas pada 2016 dan 2017.
Lihat Juga :101 SCIENCE Apa Jadinya Jika Dunia Tanpa Nyamuk? |
Studi terbaru menunjukkan bahwa metode Wolbachia menunjukkan hasil. Penularan demam berdarah berkurang di wilayah-wilayah ini, dengan penurunan kasus demam berdarah hingga 93 persen.
"Far North Queensland kini menjadi kawasan bebas demam berdarah untuk pertama kalinya dalam lebih dari 100 tahun," kata Dr Richard Gair, Direktur dan Dokter Kesehatan Masyarakat, Pelayanan Kesehatan Masyarakat Tropis Cairns, dikutip dari situs WMP.
Pelepasan nyamuk Wolbachia pertama di Brasil dimulai pada September 2014 di Rio de Janeiro. Pengerahan skala besar di Negeri Samba terjadi tiga tahun kemudian.
WMP menyebut dampak positif Wolbachia terlihat di berbagai kota, termasuk di Niterói, dengan jumlah kasus demam berdarah berkurang 76 persen, Chikungunya 56 persen, dan Zika 37 persen.
"Metode Wolbachia kami telah terbukti di seluruh Brasil guna memberikan cara yang efektif dan terjangkau untuk menghentikan demam berdarah, chikungunya, dan Zika - tiga penyakit yang tidak dapat dihentikan hingga saat ini," kata Profesor Scott O'Neill, CEO WMP.
Lebih dari 25 juta orang berisiko terkena demam berdarah, yang merupakan lebih dari separuh populasi Kolombia.
Pada Mei 2015, masyarakat Paris, di lingkungan Bello, menyambut baik pelepasan nyamuk Wolbachia di Kolombia. Pada awal 2017, menyusul hasil yang menggembirakan dari uji coba skala kecil, WMP memperluas proyek ke negara bagian Antioquia.
Hasilnya, kasus demam berdarah di Lembah Aburra 95-97 persen lebih rendah pada periode sejak Wolbachia ditemukan.
Dalam studi kasus kontrol di Medellin pada 2019-2021, kejadian demam berdarah berkurang setengahnya di antara peserta yang tinggal di lingkungan yang terkena Wolbachia.
Demam berdarah pertama kali dilaporkan di dua dari 29 provinsi di Indonesia pada 1968. WMP mulai beroperasi di Indonesia sejak 2012.
Di Yogyakarta dan di kabupaten tetangga, Sleman dan Bantul, proyek ini didanai oleh Yayasan Tahija (Yayasan Tahija), dan dilaksanakan melalui kemitraan dengan Universitas Gadjah Mada (UGM).
Setelah dua tahun terlibat dalam komunitas, WMP melepasliarkan nyamuk ber-Wolbachia di Yogyakarta pada 2014. Uji coba terkontrol acak pertama dari metode Wolbachia dilakukan selama 3 tahun dan selesai pada 2020.
Hasilnya menunjukkan penurunan kejadian demam berdarah sebesar 77 persen di wilayah yang diobati dengan Wolbachia ketika dibandingkan dengan daerah yang tidak diberi perlakuan.
(tim/arh)