Dalam tradisi dan sejarah kekristenan, Pilatus selalu dikaitkan dengan peristiwa penyaliban Yesus. Hampir semua hal yang diketahui tentang peran Pilatus dalam pengadilan Yesus berasal dari Alkitab.
Sebuah bagian dalam "Antiquities of the Jews" karya Yosefus menyebutkan tentang Yesus. Namun, banyak sejarawan percaya bahwa bagian tersebut tidak ditulis oleh Yosefus sendiri, melainkan ditambahkan oleh seorang juru tulis yang menyalin buku sejarawan tersebut.
Injil Matius, Markus, Lukas dan Yohanes memiliki catatan yang berbeda tentang pengadilan ini. Namun, keempatnya setuju Pilatus enggan mengeksekusi Yesus karena percaya bahwa terdakwa tidak melakukan pelanggaran dengan sanksi penyaliban.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keempat Injil mengklaim bahwa kerumunan orang banyak yang terdiri dari para imam-imam mendorong Pilatus untuk menyatakan Yesus bersalah dan menyalibkan-Nya.
Injil Matius mengatakan ketika Pilatus gagal meyakinkan orang banyak bahwa Yesus tidak bersalah, kepala penjara "mengambil air dan membasuh tangannya di depan orang banyak. 'Saya tidak bersalah atas darah orang ini,' katanya. 'Ini adalah tanggung jawabmu!'" (Matius 27:24).
Keempat Injil mengklaim bahwa Pilatus menawarkan kepada orang banyak pilihan antara membebaskan Barabas, seorang yang dituduh memimpin pemberontakan yang kejam, atau Yesus, dan orang banyak meminta agar Barabas dibebaskan.
Injil Yohanes menyatakan bahwa Yesus dan Pilatus berdebat secara filosofis selama persidangan.
"Engkau mengatakan bahwa Aku adalah raja. Faktanya, alasan Aku dilahirkan dan datang ke dunia adalah untuk bersaksi tentang kebenaran. Semua orang yang berpihak pada kebenaran akan mendengarkan Aku," kata Yesus. Dan Pilatus bertanya, "Apakah kebenaran itu?"
Catatan lain tentang penyaliban Yesus muncul dalam Annals of Imperial Rome, sebuah sejarah abad pertama Kekaisaran Romawi yang ditulis sekitar tahun 116 Masehi oleh senator dan sejarawan Romawi, Tacitus.
Dalam catatannya tentang pembakaran kota Roma pada tahun 64 M, Tacitus mengungkap Kaisar Nero secara keliru menyalahkan "orang-orang yang biasa disebut orang Kristen, yang dibenci karena kebesaran mereka."
"Kristus, nama pendiri tersebut, dihukum mati oleh Pontius Pilatus, prokurator Yudea pada masa pemerintahan Tiberius."
Barth D. Ehrman, profesor studi agama dari Universitas North Carolina, mengatakan sebagai seorang sejarawan Romawi, Tacitus tidak memiliki bias Kristen dalam diskusinya mengenai penganiayaan terhadap orang-orang Kristen oleh Nero.
"Hampir semua yang dikatakannya sama persis--dari sudut pandang yang sama sekali berbeda, dari seorang penulis Romawi yang meremehkan orang Kristen dan takhayul mereka--dengan apa yang dikatakan oleh Perjanjian Baru itu sendiri," ujar dia, dikutip dari History.
Yakni, lanjutnya,"Yesus dieksekusi oleh gubernur Yudea, Pontius Pilatus, atas kejahatan terhadap negara, dan sebuah gerakan religius dari para pengikutnya bermunculan setelah kematiannya."
(tim/dmi)