Para astronom mengidentifikasi sebuah planet ekstrasurya bernama LTT9779 b yang memantulkan 80 persen cahaya yang menyinari bintang induknya.
Sebagai perbandingan, Bumi memantulkan 30 persen cahaya Matahari. Planet ultra-panas yang berjarak 264 tahun cahaya dari Bumi ini sangat reflektif karena tingginya proporsi logam di atmosfernya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karena planet ini berukuran lima kali lebih besar dari Bumi, ia mendapatkan gelar "cermin kosmik terbesar yang pernah ditemukan".
Para astronom mengamati sebuah planet ekstrasurya, berjarak sekitar 950 tahun cahaya dari Bumi, yang kehilangan atmosfernya secara eksplosif karena jaraknya yang sangat dekat dengan bintang asalnya.
Planet yang dikenal dengan nama HAT-P-32 b ini memiliki massa sekitar 68 persen massa Jupiter, namun dua kali lebih lebar dari planet terbesar di Tata Surya.
HAT-P-32 berada hanya 3,2 juta mil dari bintang induknya, atau sekitar 3 persen jarak antara Bumi dan Matahari, dan menyelesaikan orbitnya setiap 2,2 hari.
Kedekatan ini berarti raksasa gas tersebut terpanggang oleh radiasi dari bintang induknya. HAT-P-32 b pun dijuluki sebagai "Jupiter panas".
Para astronom memantau jejak gas HAT-P-32 b yang tercipta dari helium yang mengalir dari atmosfernya dengan teleskop dari Bumi.
Sistem bintang biner, yaitu dua bintang yang mengorbit satu sama lain, merupakan hal yang umum terjadi di alam semesta. Kecil kemungkinan sistem ini menampung planet.
Hal ini karena bintang-bintang biner cenderung menggerakkan piringan pembentuk planet selama fase remaja sistem planet. Hanya satu sistem biner yang diketahui menampung banyak planet.
Namun, pada awal tahun, para ilmuwan menemukan sistem multiplanet lain yang mengorbit sepasang bintang.
Para astronom menyelidiki sistem biner TOI-1338, yang terletak sekitar 1.320 tahun cahaya dari Bumi, dan menemukan sebuah planet sirkumbiner yang dijuluki TOI-1338b yang mengorbit pasangan bintang TOI-1338.
Dalam upaya mereka yang gagal untuk mengukur massa planet, mereka menemukan planet lain.
Di sebuah planet yang suhunya mencapai 4.350 derajat Fahrenheit (2.400 derajat Celcius), yang cukup panas untuk menguapkan besi, para peneliti mengidentifikasi 11 unsur kimia yang melimpah di atmosfer.
Hal ini menunjukkan bahwa atmosfer tersusun dari unsur-unsur pembentuk batuan.
Terletak sekitar 634 tahun cahaya jauhnya, planet ini punya suhu sepanas itu imbas jaraknya yang dekat dengan bintangnya.
Diklasifikasikan sebagai 'Jupiter ultra-panas', planet ekstrasurya ini berjarak seperduabelas jarak dari bintangnya, WASP-76, dibandingkan jarak Merkurius ke matahari.
Dengan data yang diambil dari Transiting Exoplanet Survey Satellite (TESS) NASA, para ilmuwan mengidentifikasi delapan exoplanet baru yang dianggap sebagai 'super-Earth', sebuah kelas exoplanet yang lebih besar dari Bumi tetapi lebih kecil dari Neptunus.
Para astronom sangat tertarik pada Bumi super karena mereka mewakili kesenjangan dalam data planet ekstrasurya, yaitu kelangkaan planet dengan massa tertentu.
Dengan mengidentifikasi lebih banyak Bumi super, para peneliti berharap mereka dapat memahami mengapa ada kesenjangan dalam data planet ekstrasurya.
(rfi/arh)