Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan cuaca ekstrem masih akan melanda banyak wilayah Indonesia, termasuk Jawa Barat.
"PERINGATAN DINI: Masyarakat dihimbau agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap potensi cuaca ekstrem (puting beliung, hujan lebat disertai kilat/petir, hujan es, dll)," demikian menurut Prospek Cuaca Seminggu ke Depan Periode 12–18 Januari.
"Dan dampak yang dapat ditimbulkannya seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang, dan jalan licin dalam satu minggu ke depan," lanjut keterangan itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut deret wilayah yang berpotensi cuaca ekstrem sepekan ke depan:
12–13 Januari
Aceh, Sumatra Utara, Riau, Kep. Riau, Sumatra Barat, Bengkulu, Jambi, Sumatra Selatan, Kep. Bangka Belitung, Lampung, Banten, Jawa Barat, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara;
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Sulawesi Utara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, dan Papua.
14–15 Januari
Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau, Kep.Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara;
Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua.
16–18 Januari
Aceh, Sumatra Utara, Riau, Kep. Riau, Sumatra Barat, Bengkulu, Jambi, Sumatra Selatan, Kep. Bangka Belitung, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara;
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Maluku, Papua Barat, dan Papua.
BMKG mengungkap sejumlah faktor yang memicu cuaca esktrem dan hujan sedang hingga lebat selama sepekan ke depan itu.
Pertama, gelombang atmosfer Madden Julian Oscillation (MJO) yang saat ini aktif pada kuadran 2 (Samudera Hindia), menunjukkan kondisi yang cukup signifikan terhadap peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia.
Kedua, aktivitas gelombang atmosfer Rossby Ekuatorial yang diprakirakan aktif di wilayah Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, NTT bagian Timur, Maluku, Papua Barat, dan Papua dalam sepekan ke depan.
Ketiga, gelombang atmosfer Kelvin juga aktif di sebagian Jawa, Bali, NTB, dan Kalimantan Utara hingga sepekan ke depan.
"Faktor-faktor tersebut mendukung potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut," kata BMKG.
Keempat, Sirkulasi Siklonik. Fenomena ini terpantau di Laut Timor utara Australia yang membentuk daerah perlambatan kecepatan angin (konvergensi).
Wilayahnya memanjang dari Laut China Selatan hingga Selat Karimata, Selat Malaka hingga Sumatra Selatan, Samudera Hindia barat Lampung hingga Selat Sunda, Laut Jawa hingga Laut Flores, Kalimantan Timur hingga Selat Makassar, Laut Banda hingga Laut Arafuru.
Kemudian daerah konvergensi lainnya terpantau memanjang dari Laut Filipina utara Maluku Utara, Samudera Pasifik utara Papua, Papua bagian tengah hingga Papua Nugini.
Sedangkan daerah pertemuan angin (konfluensi) terpantau berada di Selat Karimata hingga Laut Jawa, Laut Flores hingga Laut Banda.
"Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar sirkulasi siklonik, dan di sepanjang daerahkonvergensi/konfluensi tersebut."
Salah satu wilayah yang tengah dilanda efek cuaca esktrem adalah Bandung.
Lihat Juga : |
Hujan lebat, Kamis (11/1) sore, memicu luapan Sungai Cikapundung. Permukiman warga yang ada di sekitar bantaran sungai yang melintasi tengah kota Bandung pun terendam.
Tanggul di Braga pun jebol hingga berdampak pada sekitar 60 rumah warga dan 857 jiwa.
(rfi/arh)