BMKG Akui 'Pencucian' Polusi Udara Masih Sangat Bergantung pada Hujan

CNN Indonesia
Senin, 22 Jan 2024 11:00 WIB
Data menunjukkan bersih tidaknya udara Jakarta masih sangat bergantung pada hujan. Simak analisis BMKG berikut.
Ilustrasi. Data mengungkap makin jarang hujan udara DKI makin kotor, dan sebaliknya. (CNN Indonesia/Andry Novelino)
Jakarta, CNN Indonesia --

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut intensitas hujan berpengaruh terhadap kualitas udara di suatu wilayah.

"Pengamatan iklim dan polutan dari tahun ke tahun di Jakarta menunjukkan konsistensi hubungan berbanding terbalik antara curah hujan dan tingkat PM25," berdasarkan paparan pada rapat koordinasi, Rabu (17/1), dikutip dari situs BMKG.

"Ini menunjukkan proses pencucian atmosfer yang masih sangat bergantung pada curah hujan," lanjut lembaga tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

grafik perbandingan curah hujan dan polusi udara dari bmkgGrafik BMKG menunjukkan curah hujan dan polusi udara berbanding terbalik. (Foto: Arsip BMKG)

Dalam unggahan BMKG di Instagram pada Kamis (18/1), tabel data perbandingan curah hujan dan jumlah polutan PM2.5 menunjukkan hal tersebut.

Pada periode dengan curah hujan tinggi, tingkat polutan terbilang rendah. Namun, ketika curah hujan rendah, tingkat polutan cukup tinggi.

Data tersebut menunjukkan proses pencucian atmosfer yang masih sangat bergantung pada curah hujan. "Hal ini menunjukkan perlunya upaya mitigasi iklim dan kualitas udara."

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan peningkatan konsentrasi PM2.5, yang adalah indikator menurunnya kualitas udara, diidentifikasi melalui pemantauan nilai total kolom NO2 oleh BMKG menggunakan citra satelit.

Daerah dengan konsentrasi polutan tertinggi terfokus di pusat aktivitas industri dan transportasi di Jabodetabek, meliputi DKI Jakarta, Kota Tangerang, dan Kota Bekasi.

"Rata-rata total kolom NO2 tertinggi di DKI Jakarta, yang terletak di kecamatan Kebayoran, Cipayung, Pesanggrahan, dan Ciracas, sementara total kolom terendah tercatat di Kepulauan Seribu," kata Dwikorita.

Menurut data platform pemantau kualitas udara IQAir, indeks kualitas udara (AQI) dan konsentrasi PM2.5 wilayah Jakarta sejak awal tahun baru 2024 sejauh ini belum mencapai tingkat tak sehat.

Sebagai acuan, berikut pembagian kategori kualitas udara:

0–50 Good (Hijau)
51–100 Moderate (Kuning)
101–150 Unhealthy for Sensitive Groups (Jingga)
151–200 Unhealthy (Merah)
201–300 Very Unhealthy (Merah gelap)
301–500 Hazardous (Ungu)

Kualitas udara terburuk terjadi pada 6 Januari dengan AQI 141 dan PM2.5 51,8 (Unhealthy for Sensitive Groups). Sementara, kualitas udara terbaik terjadi pada Jumat (19/1) dengan AQI 48 dan PM2.5 mencapai 11,7 (Good).

Per hari ini, Senin (22/1) pukul 10.00 WIB, kualitas udara mencapai level Moderate di angka AQI 63 dan PM2.5 mencapai 18.

Pada saat itu, hujan lebat terpantau mengguyur Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, sejak dini hari hingga sore.

Sebagai informasi, IQAir mendapat data kualitas udara Jakarta dari enam sumber, yakni data internal IQAir, KLHK, BMKG, PurpleAir, Kementerian Luar Negeri AS, hingga AirNow.

Sebanyak 16 korporasi juga disebut jadi kontributor data, termasuk Agung Sedayu Group, Gran Melia Jakarta, Warga Anti Polusi, hingga PureTrex Indonesia. Ada pula 12 individu yang disebut menyumbang data.

[Gambas:Video CNN]

(lom/arh)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER