Riset Google mengungkap taktik populer di internet jelang Pemilu 2024 yang berbahaya dan bisa memicu masalah sosial.
Hal ini berdasarkan riset Google kerja sama dengan Moonshot yang fokus ke masalah sosial yang berbahaya dan mengancam dan berlangsung di jagad dunia maya.
Di Indonesia, ada tiga taktik paling populer yang digunakan dan berisiko memicu masalah sosial, merusak reputasi, memancing emosi, dan manipulasi gambar dan video.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Muriel Makarim, Country Marketing Manager Google, memberikan contoh konten dengan headline dengan bahasa yang bombastis dan menggerakkan emosi.
"Manipulasi gambar dan video, misal, ambil foto, lalu headline-nya enggak ada hubungannya biar orang takut. Taktik ini sangat mendominasi terutama jelang Pemilu," ujar Muriel, dalam media briefing bersama Google Indonesia di Jakarta, Rabu (31/1).
Dalam rangka menangkal konten-konten yang berpotensi membahayakan terutama selama momen Pemilu 2024, Google melakukan beberapa upaya.
Muriel berkata pihaknya menggandeng partner untuk menginisiasi kampanye atau gerakan demi mengedukasi pengguna internet sekaligus calon pemilih.
Dia memberikan contoh kampanye 'recheck sebelum kegocek' agar orang berpikir dan memastikan dulu informasi yang didapat sudah benar atau hoaks.
"Edukasi lainnya di YouTube ada inisiatif #PauseDulu, jadi sebelum share ke orang lain, pause dulu. Ini kampanye global di seluruh dunia dan Indonesia. Mengajarkan masyarakat untuk evaluasi data," jelas Muriel.
Pada kesempatan yang sama, Ronald M. Manoach, Tenaga Ahli Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) mengungkap, berdasarkan pantauan terhadap 260 konten, pelanggaran paling banyak terjadi di platform Instagram dan Facebook yakni 85 konten (33 persen).
"Mayoritas ujaran kebencian 95 persen, diikuti politisasi SARA 3 persen, lalu berita bohong 2 persen," kata Ronald dalam kesempatan serupa.
Menurut hasil Survei Penetrasi Internet Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) 2024, media yang paling sering didapati hoaks adalah media sosial (59,75 persen), media chat (29,12 persen), situs berita (11,12 persen).
Sementara, kategori informasi hoaks yang sering ditemui adalah sebagai berikut:
+ Politik 24,7 persen
+ Infotainment 15,27 persen
+ Kejahatan 11,49 persen
+ Ekonomi/keuangan 10,53 persen
+ Pemerintahan 10,38 persen
+ Bencana 8,56 persen
+ Keagamaan 8,18 persen
+ Kesehatan 6,78 persen
+ Pendidikan 2,58 persen
+ Internasional 1,53 persen