Ilmuwan Wanti-wanti Badai Makin Kencang Imbas Pemanasan Global

CNN Indonesia
Kamis, 22 Feb 2024 08:49 WIB
Saat badai semakin kencang dalam beberapa tahun terakhir imbas pemanasan global, para ahli berlomba menemukan cara memprediksi lokasi bencana.
Ilustrasi. Krisis iklim berdampak pada keseimbangan Bumi. (Foto: AP/Noah Berger)

Sejak 2016, program pengintaian sungai atmosfer (pengintaian AR) mengandalkan pesawat "pemburu badai" angkatan udara AS yang menjatuhkan sekelompok kecil instrumen yang dikenal sebagai dropsondes.

Alat ini dapat mengirimkan temuan saat jatuh melalui awan dan masuk ke lautan di bawahnya.

Menurut Ralph, setiap dropsonde yang dipasang pada parasut kecil akan melayang dan masuk ke lautan, sambil memberikan hasil pengamatan penting kepada para ilmuwan di kapal.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Suhu udara, tekanan, uap air, dan kecepatan angin semuanya dikumpulkan oleh dropsonde, seperti "MRI untuk sungai atmosfer", sehingga para peneliti dapat melihat ke dalam sistem tanpa harus bergantung pada citra satelit.

"Jika kita salah mendapatkan aliran atmosfer dalam model - seberapa kuat alirannya, di mana lokasinya, strukturnya, berapa banyak air yang dimilikinya - kesalahan tersebut akan menciptakan kesalahan dalam prakiraan cuaca di masa depan," kata Ralph.

Bersamaan dengan dropsondes terjun payung, balon cuaca tradisional yang dilepaskan dari tanah selama badai, yang disebut radiosonde, membantu melengkapi gambar.

"Keduanya merupakan pendekatan yang sangat berbeda, namun keduanya diperlukan untuk mendapatkan sistem prediksi yang paling efektif," kata Ralph.

Tim ini juga memanfaatkan teknologi baru, termasuk metode yang disebut airborne radio occultation (ARO), yang ditemukan oleh ahli geofisika dan ilmuwan atmosfer Scripps, Jennifer Haase.

Sementara dropsondes melakukan pengukuran saat jatuh secara vertikal di bawah pesawat, ARO menggunakan sensor yang dipasang di sisi pesawat yang melakukan pengukuran secara horizontal.

Sensor ini dapat menyimpulkan sifat-sifat seperti kelembapan dan suhu dengan mengukur seberapa banyak sinyal GPS dibiaskan ketika bergerak melalui atmosfer, sehingga membantu para ilmuwan melukiskan gambaran yang lebih lengkap tentang badai yang akan datang.

Penerbangan pertama yang dilengkapi dengan ARO dilakukan pada musim dingin ini, dan mampu mengumpulkan data pada jarak hingga 300 Km dari pesawat.

Memitigasi bencana terburuk

Risiko banjir semakin meningkat di California dan daerah lain di bagian barat Amerika yang gersang, dan memiliki informasi yang lebih akurat akan sangat penting untuk memitigasi bencana terburuk.

"Mengingat jumlah pemanasan yang telah kita lihat sejauh ini, kami memperkirakan bahwa kejadian curah hujan yang besar akan menjadi sekitar 10 persen lebih kuat daripada sebelum gas rumah kaca ditambahkan ke atmosfer," kata Alex Hall, seorang ahli fisika atmosfer dan ilmuwan iklim dari UCLA.

"Hal yang menakutkan adalah jika Anda melihat ke masa depan ke titik di mana kita mengalami pemanasan dua kali lebih banyak daripada hari ini, Anda akan mengalami peristiwa yang 20 persen lebih intens, dan level peristiwa yang sama sekali baru yang bahkan tidak ada sekarang."

Bagi Ralph, kenyataan ini merupakan panggilan untuk mempersiapkan diri.

"Karena badai-badai tersebut akan berevolusi dan berubah seiring berjalannya waktu, pengembangan pengintaian AR dan alat terkait untuk mengukur dan memprediksi sungai atmosfer akan mampu mengimbanginya," katanya.

"Ini benar-benar merupakan mitigasi iklim agar manusia lebih mampu beradaptasi dengan apa yang terjadi."

(tim/dmi)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER