ANALISIS

Bayang-bayang Pengguna TikTok di Keunggulan Prabowo-Gibran

CNN Indonesia
Senin, 19 Feb 2024 06:59 WIB
Prabowo-Gibran sejak lama terpantau jadi 'raja' TikTok imbas konten-konten mereka yang enggak perlu mikir. Sejauh mana ini ngaruh ke keputusan pemilih?
Alih-alih visi misi buat masa depan RI, joged gemoy jadi konten andalan capres Prabowo Subianto di TikTok. (Pradita Utama/ Detikcom)

Faktor ketiga, demografi pengguna TikTok. Firman Kurniawan menyebut mayoritas pengguna platform yang merupakan anak muda membuatnya jadi patokan dalam berbagai bidang, termasuk pencoblosan.

"Kalau kita ngomong TikTok, penggunanya ini kan banyak dari kelompok Gen Z, kalau dari kelompok pemilih itu umur 18 sampai 24 itu sangat banyak. Sehingga hal yang dihantarkan oleh TikTok ini menjadi patokan," jelasnya.

Data Litbang Kompas menyebut Prabowo-Gibran mendominasi Gen Z yang berusia di bawah 26 tahun dengan perolehan suara 65,9 persen; kelompok usia Gen Y (26-33 tahun) dengan 59,6 persen; dan Gen Y (31-41 tahun) dengan 54,1 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada saat yang sama, menurut Statista, pengguna TikTok mayoritas adalah kelompok usia 18-24 tahun dan disusul oleh kelompok 25-34 tahun.

Faktor keempat, penyebaran sentimen yang masif memicu dorongan untuk memilih atau, sebaliknya, tidak mencoblos.

"Platform mungkin berfungsi sebagai saluran untuk menyebarkan sentimen atau informasi tentang Trump (Donald Trump, mantan Presiden AS), karena perilakunya yang menonjol di platform atau karena konten pengguna lain tentang dirinya," menurut studi Thomas Fujiwara dari Princeton University dkk. terhadap Twitter di 2023.

Trump, kata mereka, masih bisa menang pada Pilpres 2016 karena pengguna Twitter masih sedikit saat itu dibanding pemilu-pemilu berikutnya.

Temuan penting lainnya adalah pengurangan suara Trump imbas sentimen negatif itu tak berdampak pada Partai Republik, yang merupakan partai pengusungnya, di pemilu DPR dan Senat AS 2016, 2018, dan 2020.

"Ini menyiratkan penggunaan Twitter menurunkan perolehan suara Trump tanpa secara signifikan mempengaruhi kandidat Partai Republik lainnya," kata peneliti.

Firman mengamini bahwa media sosial populer seperti TikTok dan Instagram mampu membentuk realitas.

"Jadi media sosial yang populer, entah TikTok, kemudian Instagram, kemudian di kelompok yang lain ada Facebook dan X, itu mampu membentuk realitas. Artinya adalah apa yang kemudian dianggap nyata oleh masyarakat itu bisa dihantarkan oleh media sosial," ujarnya.

Meski demikian, Ismail Fahmi menyebut keunggulan Prabowo-Gibran tak semata imbas TikTok.

"Apa yang ada di media sosial, strategi branding dan lain-lain, itu tidak serta-merta menggambarkan popularitas sebenarnya, elektabilitas sebenarnya. Itu adalah upaya branding campaign yang coba dibangun. Kadang berhasil, kadang tidak," ujarnya.

"Kalau campaign-nya berhasil, maka akan diterima, di media sosial itu mendapatkan engagement yang tinggi," imbuhnya.

Ismail menyinggung beberapa manuver yang menurutnya berkontribusi pada suara yang didapatkan pasangan ini.

"Ada banyak sekali faktor, misalnya kan soal bansos, soal konsolidasi kepala desa, beberapa bupati yang tadinya 01, entah-entah gimana jadinya 02, dan lain-lain kan banyak sekali tuh. Itu di level desa, itu jauh ber-impact kan, level-level daerah itu," sindirnya.

(lom/arh)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER