Pakar BRIN Bongkar Pemicu Perpanjangan Musim Hujan di Jawa

CNN Indonesia
Jumat, 01 Mar 2024 18:57 WIB
Ilustrasi. Pakar BRIN membongkar alasan mengapa musim hujan mengalami perpanjangan waktu di Pulau Jawa. (Foto: CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pakar klimatologi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin membongkar alasan musim hujan mengalami perpanjangan waktu di Pulau Jawa. Simak penjelasannya.

Erma mengatakan hujan mengalami perpanjangan di Pulau Jawa dan belum ada tanda-tanda berakhir meski saat ini sudah memasuki bulan Maret. Menurutnya hujan persisten yang turun dengan intensitas sedang, bahkan ekstrem di Jawa tidak dipengaruhi oleh aktivitas gelombang atmosfer.

"Selama Februari tidak ada bukti-bukti penjalaran kelembapan dari arah timur maupun barat menuju Jawa," kata Erma dalam cuitannya di X (sebelumnya Twitter), mengutip Antara, Jumat (1/3).

Ia mengatakan hujan juga tidak terbentuk karena angin skala luas yang umumnya dibentuk dari garis Zona Konvergensi Antar Tropis (ITCZ) atau daerah konvergensi antar-tropis.

Kondisi tersebut menandakan tidak ada faktor global dan remote forcing yang berperan signifikan dalam pembentukan hujan.

Kemudian, penyebab hujan adalah forcing local yang berasal dari memanasnya suhu permukaan laut baik di Laut Jawa maupun Samudera Hindia sebelah selatan Jawa.

"Pemanasan suhu permukaan laut berperan penting dalam menciptakan Oceanic Convection System (OCS) yang masif dan akseleratif," tuturnya.

Lebih lanjut, ia menyampaikan dalam kondisi angin dari utara yang mengalami penguatan, sistem konveksi yang masif dan terjadi meluas di laut dapat dengan cepat masuk ke darat dan bergabung dengan konveksi di atas darat efek orografis.

Menurut dia fenomena itu yang membuat hujan jadi meluas, bahkan cenderung ekstrem.

Konveksi laut dapat terbentuk setiap hari oleh pemanasan suhu muka laut, sehingga menaburkan garam di atas lautan akan memperparah dan mempercepat sistem hujan yang terbentuk di atas laut, sementara hujan telah siap berpindah menuju darat.

Potensi cuaca ekstrem

BMKG, dalam prospek cuaca seminggu ke depan periode 1-7 Maret, tetap memperingatkan potensi cuaca ekstrem,seperti puting beliung, di banyak daerah, termasuk Jakarta.

"PERINGATAN DINI: Masyarakat dihimbau agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap potensi cuaca ekstrem (puting beliung, hujan lebat disertai kilat/petir, hujan es, dll) dan dampak yang dapat ditimbulkannya," menurut keterangan lembaga.

"Seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang, dan jalan licin dalam satu minggu ke depan."

Pemicunya adalah beberapa fenomena atmosfer yang signifikan.

Pertama, fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) yang aktif pada fase 3 (Samudera Hindia) yang signifikan terhadap peningkatan curah hujan di bagian barat RI dan bergerak ke Indonesia timur.

Kedua, aktivitas gelombang atmosfer Rossby Ekuatorial yang diprakirakan aktif di Aceh, Sumatra bagian utara hingga tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur, Kep. Maluku, dan Papua Barat.

Ketiga, pusat tekanan rendah di Australia bagian utara yang membentuk daerah pertemuan angin (konfluensi) memanjang dari NTT hingga Laut Timor.

Keempat, Sirkulasi Siklonik di Samudra Hindia sebelah barat Banten yang membentuk daerah pertemuan dan perlambatan percepatan angin (konvergensi), contohnya, di Samudra Hindia selatan Jawa Barat hingga barat Banten.

(tim/dmi)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK