Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Laksmi Dhewanthi mengungkap perubahan iklim memperparah bencana hidrometeorologis, termasuk puting beliung.
Sebelumnya, puting beliung melanda perbatasan Kabupaten Bandung dan Sumedang, Jawa Barat, Rabu (21/2) sore. Imbasnya, ratusan rumah dan sejumlah fasilitas pabrik rusak.
"Benar, perubahan iklim memang penyebab segala bencana hidrometeorologis, termasuk puting beliung, badai dan lain sebagainya", ujarnya pada forum diskusi daring Antisipasi Fenomena Angin Puting Beliung Akibat Perubahan Iklim, Rabu (28/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Memang, kata dia, tanpa perubahan iklim pun bencana merupakan sesuatu yang tidak bisa dihindari.
Namun, Laksmi mengatakan "dengan adanya perubahan iklim kita bisa belajar dari bencana sebelumnya dan menghindari sumber-sumber perubahan iklim lainnya."
Selain itu, Laksmi juga mewanti-wanti suhu rata-rata permukaan Bumi secara global bisa melewati angka 1,5 bahkan 2 derajat Celsius jika tak ada upaya serius.
Tentu saja, ucapnya, hal ini bisa menjadi sumber bencana hidrometeorologis.
Dalam keterangan terpisah, pakar klimatologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin mengungkap cuaca ekstrem, termasuk puting beliung, menjadi lebih parah imbas dari krisis iklim.
"Di tengah Bumi yang mendidih, cuaca ekstrem telah dikalkulasi meningkat 1,5 hingga 2 kali lipat semula dalam hal magnitudo, intensitas, dan frekuensi. Satu lagi, semakin banyak fenomena yang dianggap hanya terjadi di lintang menengah kini dapat terbentuk di Indonesia," papar dia, dalam rangkaian unggahannya di X (sebelumnya Twitter), Sabtu (24/2).
Oleh karena itu, upaya agar suhu rata-rata terjaga harus dilakukan oleh seluruh manusia. Contohnya, mengurangi emisi gas rumah rumah kaca yang dikeluarkan dari BBM.
(rni/arh)