Fakta-fakta Ekuinoks yang Segera Datang Bulan Ini, Bikin Panas?
Fenomena ekuinoks atau Matahari berada tepat di atas khatulistiwa akan terjadi pada bulan ini. Berikut fakta-faktanya.
Ekuinoks Maret hampir tiba, sekaligus penanda musim semi akan segera dimulai di Belahan Bumi Utara, dan musim gugur akan dimulai di Belahan Bumi Selatan.
Ekuinoks terjadi dua kali dalam setahun. Ketika fenomena ini terjadi, durasi siang dan malam hampir sama panjangnya di Belahan Bumi Selatan dan Utara.
Nama fenomena ini sendiri berasal dari kata Latin 'aequus' (sama) dan 'nox' (malam).
Saat perjalanannya menuju ekuinoks, Matahari akan membuat fenomena Hari Tanpa Bayangan atau Kulminasi Utama di berbagai wilayah. Pada waktu tersebut, posisi Matahari akan tepat berada di atas kepala pengamat, sehingga menyebabkan bayangan bertumpuk pada benda di tengah hari.
Karena posisi Indonesia berada di khatulistiwa, maka fenomena Hari Tanpa Bayangan akan berdekatan dengan waktu ekuinoks.
Berikut fakta-fakta ekuinoks yang dirangkum dari berbagai sumber:
Jadwal ekuinoks 2024
Pada 2024, ekuinoks musim semi terjadi pada pukul 23.06 EDT tanggal 19 Maret (11.06 WIB tanggal 20 Maret) di Belahan Bumi Utara.
Sementara itu, ekuinoks musim gugur akan terjadi pada pukul 08.43 EDT (20.43 UTC) pada 22 September 2024.
Di Indonesia, menurut data BMKG, fenomena ini bakal terjadi pada 20 Maret, merujuk pada posisi lintang 0 derajat yang melalui Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Kulminasi utamanya atau puncak hari tanpa bayangan terjadi pada pukul 11.50 WIB.
Gerak semu Matahari
Melansir Live Science, Bumi mengorbit matahari dengan kemiringan sekitar 23,5 derajat. Hal ini membuat bagian yang berbeda dari planet kita menerima lebih banyak atau lebih sedikit radiasi Matahari pada waktu yang berbeda sepanjang tahun, tergantung pada posisi planet kita dalam orbitnya.
Sebagaimana diketahui, Matahari terbit di timur dan terbenam di barat. Namun, Matahari juga tampak bergerak ke utara selama setengah tahun dan ke selatan selama setengah tahun berikutnya, tergantung di mana pengamat berada.
Panjang hari yang hampir sama
Sekitar bulan Juli, Belahan Bumi Utara mengalami periode siang hari yang lebih panjang, sedangkan Belahan Bumi Selatan mengalami periode siang hari yang lebih pendek.
Lalu, sekitar bulan Desember, yang terjadi adalah sebaliknya, dengan lebih banyak waktu siang hari di Belahan Bumi Selatan dan lebih sedikit di Belahan Bumi Utara.
Namun, dua kali dalam setahun, pada Maret dan September, kemiringan planet kita selaras dengan orbitnya mengelilingi Matahari, dan Bumi tidak terlihat miring terhadap Matahari.
Pada waktu-waktu ini, Matahari berada tepat di atas garis khatulistiwa dan kedua belahan Bumi mengalami waktu siang dan malam yang sama. Namun, siang dan malam tidak sepenuhnya sama selama ekuinoks, meskipun sangat dekat.
Selama ekuinoks, Bumi mendapatkan cahaya Matahari beberapa menit lebih lama.
Lihat Juga : |
Jadwal tidak selalu sama
Ekuinoks disebut tidak selalu terjadi pada 19 Maret dan 22 September, tetapi terkadang pada 20 Maret dan 23 September.
Hal ini dikarenakan satu tahun Bumi tidak tepat 365 hari. Ada seperempat hari ekstra (6 jam) yang terakumulasi setiap tahun, menyebabkan tanggal ekuinoks bergeser.
Orientasi planet Bumi terhadap Matahari juga terus bergeser, sehingga mengubah waktu ekuinoks.
Awal musim semi dan musim gugur
Ekuinoks menandai awal musim semi atau musim gugur secara astronomis, tergantung pada belahan bumi. Namun, awal meteorologis dari musim-musim ini adalah 1 Maret dan 1 September.
Di Belahan Bumi Utara, ekuinoks Maret menandai awal musim semi, dan disebut sebagai ekuinoks musim semi atau musim semi (vernal berasal dari istilah Latin "ver" yang berarti musim semi). Pada saat yang sama, Belahan Bumi Selatan bergeser ke musim gugur.
Kebalikannya terjadi pada bulan September, ketika belahan bumi utara memasuki musim gugur yang lebih dingin dan belahan bumi selatan memasuki musim semi.
Bagian tradisi
Orang-orang telah melacak pergerakan Matahari selama ribuan tahun, dan sering kali memasukkan ekuinoks ke dalam tradisi budaya dan agama.
Bagi banyak peradaban kuno, perubahan Matahari ini tidak hanya menentukan awal musim, tetapi juga kapan harus menanam dan memanen hasil bumi.
Di Jepang, kedua ekuinoks merupakan hari libur nasional yang secara tradisional diakui sebagai hari untuk mengenang dan memuja leluhur dan orang-orang terkasih yang telah meninggal.
Ada juga banyak monumen kuno yang menandai ekuinoks. Misalnya, selama ekuinoks di kompleks kuil Hindu Angkor Wat di Kamboja, Matahari terbit tepat di atas kuil utamanya. Kompleks yang dibangun antara tahun 1113 dan 1150 Masehi ini merupakan monumen religius terbesar di dunia.
Tak bikin panas
Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Iklim dan Atmosfer dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Eddy Hermawan menjelaskan hari tanpa bayangan di RI tak akan memicu cuaca panas terik.
Pasalnya, Indonesia saat ini masih berada pada periode musim hujan yang membuat awan-awan masih menyelimuti Bumi.
Eddy juga mengatakan gerak semu Matahari ini tidak akan menyebabkan gelombang panas atau heatwave.
"Panas tidak? Sebenarnya panas, tetapi awan-awan masih banyak. Jadi, awan-awan melindungi. Jangan bayangkan Indonesia seperti di Timur Tengah yang tidak ada awan-awan," ujar dia, dikutip dari Antara.