BMKG Prediksi Hilal Tak Terlihat Hari ini, Cek Gunanya Sidang Isbat
Meski sudah ada prakiraan lengkap kondisi hilal atau Bulan sabit tipis penanda awal hijriah, Sidang Isbat tetap digelar demi menyatukan pendapat terutama para pengamal rukyat atau pemantauan langsung hilal.
Sidang Isbat untuk menetapkan awal 1 Ramadhan 1445 H bakal digelar di kantor Kemenag, Minggu (10/3).
"Sidang Isbat ini merupakan salah satu layanan keagamaan bagi masyarakat untuk mendapat kepastian mengenai pelaksanaan ibadah," ujar Dirjen Bimas Islam Kamaruddin Amin dalam keterangannya di situs resmi Kemenag.
Pemerintah menganut kategori awal bulan hijriah berdasarkan kesepakatan Menteri-menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS).
Kriterianya adalah ketinggian hilal minimal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat. Sidang Isbat ini mencocokkan hasil perhitungan ini dengan pengamatan langsung di lapangan per hari ini.
Bagaimana hasil hisab sejauh ini?
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui unggahannya di Instagram memaparkan sejumlah kondisi hilal pada saat Matahari terbenam hari ini. Hal itu merupakan hasil perhitungan (hisab) terhadap peredaran Bulan.
Pertama, tinggi hilal -0,33 derajat di Jayapura, Papua; hingga 0,87 derajat di Tua Pejat, Sumatra Barat.
Hilal secara teknis diartikan sebagai besar sudut yang dinyatakan dari posisi proyeksi Bulan di Horizon-teramati hingga ke posisi pusat piringan Bulan berada.
Kedua, elongasi geosentris mencapai 2,25 derajat di Bintuni, Papua Barat; sampai dengan 2,7 derajat di banda Aceh, Aceh.
Elongasi, menurut BMKG, adalah jarak sudut antara pusat piringan Bulan dan pusat piringan Matahari yang diamati oleh pengamat di permukaan Bumi.
Ketiga, umur Bulan mencapai -0,15 menit di Waris, Papua; sampai dengan 2,84 jam di Banda Aceh, Aceh. Umur bulan sendiri adalah selisih waktu terbenam Matahari dengan waktu terjadinya konjungsi.
Keempat, Lag -0,35 menit di Jayapura, Papua; sampai dengan 5,45 menit di Tua Pejat, Sumbar. Lag merupakan selisih waktu terbenam Bulan dengan waktu terbenam Matahari.
Kelima, Fraksi Ilmuniasi Bulan (FIB) 0,02 persen di Denpasar, Bali; sampai dengan 0,03 persen di Jayapura, Papua.
FIB adalah persentase perbandingan antara luas piringan Bulan yang tercahayai Matahari dan menghadap ke pengamat dengan luas seluruh piringan Bulan.
Soal musyawarah
Ahli astronomi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djamaluddin menilai Sidang Isbat tetap penting buat digelar demi menyatukan pendapat terkait awal Ramadhan atau bulan hijriah.
"Di Indonesia bukan hanya untuk memverifikasi rukyat tapi menyatukan pendapat yang kadang-kadang berbeda dengan hasil hisab berbeda itu dimusyawarahkan pada Sidang Isbat," kata Thomas, dalam konferensi pers di kantor BRIN, Jakarta, Jumat (8/3).
Hal ini dikatakannya terkait usulan Muhammadiyah yang mendorong peniadaan Sidang Isbat lantaran hitungan astronomis kondisi Bulan sudah jelas.
"Jadi kalau mengusulkan Isbat ditiadakan, pertama, seperti menyinggung para pengamal rukyah seolah-olah jangan diberi tempat. Rukyat itu forum musyawarah bukan sekedar menghambur-hamburkan biaya," cetus dia.
Selain itu, lanjut Thomas, Sidang Isbat jadi saran pengumuman otoritas suatu negara soal awal bulan hijriah ke publik. Praktik ini, katanya, meneladani hal yang dilakukan di masa Nabi.
"Bagi pengamal rukyat hijab wajib dilakukan karena perukyat tidak berhak melaporkan atau mengumumkan masing-masing [kondisi hilal]. Contoh, rukyat Badui melaporkan kepada Rasul tidak mengumumkan masing-masing, baru Rasul mengumumkan rukyat tersebut," tutur dia.
"Hal yang sama dilakukan oleh Indonesia, Arab Saudi, Mesir, Malaysia, Brunei. Yang mengumumkan itu otoritas dalam hal ini pemerintah itu ada lembaga fatwa yang mengumumkannya," tandas Thomas.
(tim/arh)