Pakar BRIN: Observatorium Timau Bisa Amati Planet di Luar Tata Surya
Peneliti Astronomi dan Astrofisika dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djamaluddin mengatakan Observatorium Nasional Timau bakal terpasang teleskop berukuran 3,8 meter. Thomas mengklaim teleskop itu nantinya bisa mengamati planet-planet yang berada di luar tata surya.
"Dengan teleskop 3,8 meter itu pada prinsipnya eksoplanet bisa terekam. Ekspolanet adalah planet di luar tata surya. Jadi, itu adalah planet yang mengitari bintang," kata Thomas, mengutip Antara, Rabu (13/3).
Ia menjelaskan Observatorium Timau menggunakan dua kamera medan pandang luas, yakni Nirca dengan filter inframerah dekat dan Optica dengan tifa filter inframerah.
Teleskop Timau dapat mengamati benda-benda langit yang sangat redup dan mengamati objek-objek langit yang cahayanya meningkat secara tiba-tiba seperti nova dan supernova.
Menurut dia teleskop optik 3,8 meter itu memiliki desain unik dan berbobot ringat sekitar 20 ton. Teleskop tersebut memiliki cermin primer, sekunder, dan tersier.
Saat ini cermin yang sudah terpasang adalah cermin tersier, sedangkan cermin primer dan skunder belum dipasang karena masih menunggu kedatangan kamera optik dan Nirca dari Jepang.
Ia menjelaskan bintang terlihat dengan teleskop hanya titik cahaya. Apabila menggunakan teleskop berukuran besar, maka perubahan cahaya ketika planet melewati bintang yang membuat cahaya menjadi lebih redup masih terlihat jelas.
"Penelitian eksoplanet dimungkinkan dengan metode fotometri, tetapi sebetulnya tidak cukup karena perlu ada spektograf untuk melihat spektrumnya," ujar Thomas.
Spektograf merupakan alat yang memisahkn cahaya menurut panjang dan gelombangnya masing-masing dan merekam hasil dari spektrum elektromagnetik dalam suatu detektor.
Melalui spektograf, ilmuwan antariksa dapat melihat apakah planet tersebut memiliki atmosfer atau tidak.
Thomas mengaku BRIN belum mampu membeli alat itu karena harganya sangat mahal. Mitra luar negeri memberikan penawaran untuk memasang spektograf di Observatorium Timau.
"Mitra luar negeri akan memasang spektograf, tetapi tentu tidak gratis. Bayar bukan pakai uang, tetapi waktu penggunaan teleskop atau telescope time," tuturnya.
Dipasang pertengahan 2024
Thomas melanjutkan pemasangan cincin dan kamera Observatorium Timau paling lambat terlaksana pada pertengahan 2024.
"Semula ditargetkan Februari, tetapi kemudian sudah diberi batas paling lambat pertengahan tahun 2024. Jadipertengahan tahun ini diharapkan cermin dan kamera selesai dipasang," kata Thomas.
Ia menuturkan cermin primer dan sekunder sudah tersedia, namun belum dipasang. Cermin yang saat ini sudah terpasang adalah cermin tersier ketiga.
Menurutnya, kamera Optika dan Nirca saat ini masih berada di Jepang. Pihak Jepang ingin pemasangan kamera dan cermin dilakukan sekaligus.
"Setelah pemasangan cermin dan kamera, maka enam bulan kemudian lebih ke arah commissioning," kata Thomas.
Commissioning merupakan serangkaian proses dan aktivitas untuk memastikan semua sistem, peralatan, dan komponen dalam instalasi beroperasi sesuai dengan spesifikasi, standar, dan persyaratan yang telah ditetapkan.
Thomas mengatakan durasi pengujian berlangsung sejak Juli sampai Desember 2024.
Terdapat dua kali proses pengujian, yaitu engineering first light untuk mengetahui secara teknis cahaya bisa diterima oleh kamera dan scientific first light untuk pengamatan objek-objek langit.
"Pengujian ditargetkan sebelum akhir tahun ini, baik itu engineering first light maupun scientific first light sudah bisa dilakukan," kata Thomas.
Observatorium Nasional Timau merupakan observatorium untuk pengamatan antariksa yang mempunyai fasilitas utama berupa teleskop optik dengan diameter 3,8 meter dan teleskop radio berbentuk parabola dengan diameter 20 meter.
Teleskop optik berdiameter 3,8 meter itu jauh lebih besar ketimbang teleskop yang saat ini dimiliki oleh Thailand berukuran 2,4 meter. Ukuran teleskop yang besar dapat mempertajam penglihatan terhadap benda-benda langit yang memiliki cahaya lebih redup.
Observatorium Nasional Timau juga memiliki dua teleskop optik berukuran kecil dengan diameter 50 sentimeter, antena Dipole Array berukuran 100 meter x 100 meter, dan magnetometer.
(antara/dmi)