BMKG Paparkan Lini Masa Hilangnya El Nino Berganti La Nina

CNN Indonesia
Jumat, 15 Mar 2024 17:38 WIB
BMKG memprediksi El Nino akan segera hilang dan digantikan fenomena La Nina. Simak dampaknya untuk RI.
Ilustrasi. BMKG memprediksi El Nino akan segera hilang. (Arsip BMKG)
Jakarta, CNN Indonesia --

Fenomena iklim 'pengering' hujan, El Nino, diprediksi bakal segera menuju fase netral. Fenomena iklim lawan, La Nina, pun segera muncul menggantikannya.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap pemantauan terhadap anomali iklim global di Samudera Pasifik menunjukkan El Nino moderat masih berlangsung dengan nilai indeks 1,59.

Sedangkan di Samudera Hindia, pemantauan suhu muka laut menunjukkan kondisi Indian Ocean Dipole (IOD) Netral.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"El Nino diprediksi akan segera menuju netral pada periode Mei, Juni, Juli 2024," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers yang digelar secara virtual, Jumat (15/3).

Dwikorita menambahkan, usai El Nino 'menghilang', giliran fenomena iklim lain yaitu La Nina yang bakal menyapa Indonesia. Fenomena ini diperkirakan muncul mulai Juli 2024.

"Setelah triwulan ketiga, yaitu Juli, Agustus, September 2024, berpotensi beralih menjadi La Nina lemah," ungkap dia.

Sementara itu, IOD diprediksi akan tetap netral setidaknya sampai September 2024. BMKG juga memprediksi kondisi suhu muka laut di Indonesia berada dalam kondisi yang lebih hangat, dengan kisaran +0,5 -2.0 derajat Celsius lebih hangat dari kondisi normalnya. 

Sejumlah lembaga dan pakar klimatologi dunia juga memprediksi anomali iklim yang memicu hujan deras global, La Nina, bakal muncul usai El Nino hilang di pertengahan 2024.

Institute for Climate and Society (IRI) mengatakan kemungkinan terjadinya La Nina adalah nol selama musim dingin boreal (belahan Bumi utara, Desember-Maret) dan musim semi 2024 (Maret-Juni).

"Namun peluang klimatologisnya (La Nina) mencapai musim panas boreal 2024 (Juni-September), La Nina menjadi kategori yang paling mungkin terjadi pada Juli-September 2024 dan seterusnya," demikian keterangan resmi IRI.

La Nina merupakan anomali suhu di wilayah yang sama yang lebih dingin dari normalnya (-0,5 derajat atau lebih). Dampaknya buat Indoensia adalah hujan lebih sering, risiko banjir, suhu udara lebih rendah di siang hari, dan lebih banyak badai tropis.

El Nino dan La Nina sama-sama bagian dari El Nino-Southern Oscillation (ENSO), anomali Sea Surface Temperature (SST) di Samudera Pasifik di pantai barat Ekuador dan Peru.

IRI menjelaskan munculnya La Nina terjadi setelah El Nino menjadi netral (di bawah 0,5 derajat C hingga 0 derajat C) yang diprediksi sebagian besar model iklim mulai terjadi di periode Maret-April-Mei (MAM) hingga Mei-Juni-Juli (MJJ).

Contohnya, model COLA CCSM4 dari Community Climate System Model yang memprediksi La Nina mulai terjadi pada periode Maret-April-Mei (MAM) sampai April-Mei-Juni (AMJ).

Intensitasnya diprakirakan terus menguat hingga akhir tahun dengan angka suhu permukaan laut pada September-Oktober-November (SON) mencapai -2,47 derajat Celsius.

Model iklim lembaga antariksa AS NASA, NASA GMAO, juga memprakirakan La Nina mulai terjadi pada periode jelang April-Mei-Juni dan terus menunjukkan penguatan meski tak sedingin prediksi CCSM.

Angka prediksi terakhir NASA ada di titik Juli-Agustus-September (JJS) dengan nilai SST -1,26 derajat C.

Meski begitu, sebagian model iklim lainnya memprakirakan fase ENSOnetral jadi yang paling mungkinberlangsung usai kepergian El Nino.

"Hampir semua model dalam bulu-bulu ENSO IRI memperkirakan kondisi El Nino yang diperkirakan akan terus berlanjut selama sisa musim dingin boreal dan musim semi tahun 2024," menurut IRI.

[Gambas:Video CNN]

(tim/dmi)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER