Suhu Lautan Terus Pecahkan Rekor Panas, Cek Efek Ngerinya

CNN Indonesia
Kamis, 21 Mar 2024 11:21 WIB
Pakar mengungkap suhu permukaan laut mengalami panas yang belum pernah terjadi sebelumnya sepanjang tahun lalu.
Ilustrasi. Data menunjukkan rekor suhu permukaan laut terus terpecahkan. (Foto: iStockphoto/designbase)
Jakarta, CNN Indonesia --

Data terbaru menunjukkan suhu permukaan laut mengalami panas yang belum pernah terjadi sebelumnya sepanjang 2023. Data itu juga menunjukkan rekor suhu baru pecah setiap hari.

Data milik National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) dan University of Maine's Climate Reanalyzer mengungkap suhu permukaan laut global mulai memecahkan rekor harian sejak pertengahan Maret 2023.

Hal ini memicu kekhawatiran akan kehiduoan laut dan cuaca ekstrem di seluruh dunia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Peningkatan yang terjadi pada rekor suhu permukaan laut sebelumnya pada 2023, dan sekarang pada 2024, sungguh luar biasa," kata Joel Hirschi, kepala pemodelan sistem kelautan di Pusat Oseanografi Nasional Inggris, mengutip CNN, Selasa (19/3).

Gregory C. Johnson, ahli kelautan NOAA mengatakan suhu rata-rata lautan secara global pada tahun lalu lebih hangat 0,25 derajat Celsius dibanding tahun sebelumnya.

Menurutnya, kenaikan tersebut setara dengan kenaikan suhu selama dua dekade dalam satu tahun.

"Jadi ini cukup besar, cukup signifikan, dan sedikit mengejutkan," jelas Gregory.

Para ilmuwan beranggapan laut memanas akibat pemanasan global yang disebabkan oleh manusia, serta didorong oleh fenomena El Nino, sebuah pola iklim alami yang ditandai dengan suhu laut yang lebih tinggi dari rata-rata.

Dampak utama dari memanasnya suhu lautan adalah kehidupan di dalam laut dan cuaca global.

Pemanasan lautan global dapat meningkatkan kekuatan badai dan peristiwa cuaca ekstrem lainnya, termasuk gelombang panas yang menyengat dan curah hujan yang tinggi.

Karina von Schuckmann, ahli kelautan di Mercator Ocean International di Prancis, mengatakan panasnya suhu laut memicu badai yang lebih ganas.

"Semakin hangat lautan, semakin banyak energi yang tersedia untuk memicu badai," jelas Karina.

Karina menambahkan sekitar 90 persen dari kelebihan panas dunia dari pembakaran bahan bakar fosil yang memanaskan Bumi tersimpan di lautan.

"Mengukur pemanasan lautan memungkinkan kita untuk melacak status dan evolusi pemanasan planet. Lautan adalah penjaga pemanasan global," jelasnya.

Jika suhu laut yang sangat tinggi ini terus berlanjut hingga paruh kedua tahun 2024 dan fenomena La Nina muncul, maka hal ini akan meningkatkan risiko musim badai yang sangat aktif.

Karina mengatakan saat ini El Nino melemah dan diperkirakan akan menghilang dalam beberapa bulan ke depan, sehingga dapat menyamai rekor suhu lautan, terutama jika efek pendinginan dari La Nina menggantikannya.

"Di masa lalu, nilai suhu permukaan telah menurun setelah berlalunya El Nino," kata Karina. Namun, ia menambahkan, saat ini tidak mungkin untuk memprediksi kapan suhu laut akan turun di bawah rekor.

Infografis - Ancaman global 10 tahun ke depanAncaman Global 10 Tahun ke Depan (Foto: Basith Subastian/CNNIndonesia)

(tim/dmi)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER