Gempa Bawean Hingga NTT, Bisakah Satu Lindu Picu Gempa di Tempat Lain?

tim | CNN Indonesia
Senin, 25 Mar 2024 08:46 WIB
Bisakah satu gempa memicu gempa di tempat lain? Simak jawabannya di sini.
Ilustrasi. Kerusakan akibat gempa yang mengguncang pulau Bawean, Jumat (22/3). (Foto: ANTARA FOTO/Rizal Hanafi)

USGS menyebut gempa 2012 ini memang hanya menimbulkan sedikit kerusakan. Namun, efeknya memicu gempa di seluruh dunia setidaknya selama seminggu.

Lindu terbesar kesepuluh dalam 100 tahun terakhir itu memicu gempa kecil selama tiga jam yang dibutuhkan gelombang seismik untuk merambat melalui kerak Bumi.

Studi 2012 itu juga menunjukkan beberapa patahan memang tidak cukup terguncang oleh gelombang gempa hingga langsung runtuh, tapi efeknya membuat sesar-sesar itu pecah hingga enam hari kemudian.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Temuan ini merupakan peringatan bagi mereka yang tinggal di wilayah yang aktif secara seismik di seluruh dunia. Studi ini mengungkap efek gempa bumi besar dapat bertahan, bahkan di belahan dunia yang berlawanan, selama lebih dari beberapa jam.

Namun, para penulis studi menyebut besarnya kekuatan gempa saja tidak cukup memicu guncangan di wilayah lain. Mekanisme gempa juga memiliki pengaruh besar.

Hal itu berdasarkan penelitian terhadap gempa bumi yang lebih besar dari M 8,5, seperti lindu M 9,1 di Sumatra pada 2004 yang memicu tsunami dan menghancurkan area seluas kira-kira 1300 x 200 km persegi, gempa 9,0 di Tohoku yang menewaskan ribuan orang di Jepang 2011.

Para ahli melihat peningkatan yang sangat kecil dalam aktivitas gempa bumi global setelah gempa tersebut.

Burgmann dkk. mengatakan hal itu terkait dengan mekanisme geser (strike-slip) seperti yang terjadi pada gempa di Samudera Hindia timur, 2012.

Mekanisme strike-slip ini, kata ahli, lebih efektif menghasilkan gelombang, yang disebut gelombang Cinta (Love waves), yang bergerak tepat di bawah permukaan dan cukup energik untuk mempengaruhi zona patahan yang jauh.

Sementara, gempa Aceh 2004 yang merenggut lebih dari 200 ribu nyawa itu gempa di zona subduksi, dengan dasar laut tenggelam di bawah lempeng tektonik lainnya.

Analisis seismolog mendeteksi beberapa lindu dengan jumlah lima kali lebih besar dari perkiraan selama enam hari setelah gempa Sumatra April 2012 dan gempa susulannya.

Fred F. Pollitz, penulis studi lainnya dari USGS, menduga itu akibat setidaknya dua faktor.

Yakni, kejadian gempa yang sangat rendah selama 6-12 hari sebelum gempa utama, dan banyaknya patahan nyaris runtuh yang sensitif terhadap gelombang kejut.

Sementara, Burgmann membuka kemungkinan soal serangkaian gempa yang lebih kecil yang tidak terdeteksi pada patahan tersebut yang kemudian menyebabkan patahan yang lebih besar.

Alternatifnya, gempa besar dapat memicu getaran yang hampir tidak terdeteksi atau gempa mikro yang merupakan tanda adanya pergerakan lambat di bawah tanah.

"Salah satu kemungkinannya adalah gempa tersebut segera memicu pergerakan lambat di beberapa tempat, mungkin disertai dengan getaran yang terdeteksi, dan kemudian berkembang menjadi gempa yang lebih besar," Burgmann berspekulasi.

"Beberapa peristiwa slow slip membutuhkan waktu berhari-hari hingga seminggu atau lebih untuk berkembang," tandasnya.



(tim/dmi)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER