Badan Geologi Bongkar Penyebab Gempa Garut M6,2
Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkap penyebab gempa berkekuatan magnitudo 6,2 yang mengguncang Kabupaten Garut, Jawa Barat, Sabtu (27/4). Simak penjelasannya.
Muhammad Wafid, Kepala Pelaksana Tugas Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, mengungkap pihaknya telah melakukan analisis berdasarkan data yang mereka kumpulkan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Lembaga Peninjau Geologi AS (United States Geological Survey/USGS), dan GFZ Jerman.
"Berdasarkan posisi lokasi pusat gempa bumi, kedalaman dan data mekanisme sumber dari BMKG, USGS Amerika Serikat dan GFZ Jerman, maka kejadian gempa bumi ini diakibatkan oleh aktivitas penujaman atau dapat disebut juga gempa bumi intraslab dengan mekanisme sesar naik," kata Wafid, mengutip Antara, Senin (29/4).
Badan Geologi melaporkan wilayah pesisir Jawa Barat selatan umumnya berupa dataran pantai yang berbatasan dengan morfologi perbukitan bergelombang hingga perbukitan terjal pada bagian utara.
Lihat Juga : |
"Lokasi pusat gempa bumi terletak di laut pada kedalaman menengah sehingga guncangan terasa pada daerah cukup luas di Jawa Barat," ujarnya.
Menurut dia wilayah ini secara umum tersusun oleh endapan Kuarter berupa aluvial pantai, aluvial sungai, batuan rombakan gunung api muda (breksi gunung api, lava, tuff) dan batuan berumur Tersier berupa batuan sedimen dan batuan rombakan gunung api.
BMKG sebelumnya mencatat gempa berkekuatan magnitudo 6,2 mengguncang wilayah Samudera Hindia pada Sabtu (27/4) sekitar pukul 23.29 WIB. Gempa berpusat pada 8,42 derajat lintang selatan, 107,26 derajat bujur timur atau 151,7 kilometer barat daya Kabupaten Garut dengan kedalaman 70 km.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per Minggu (28/4) pukul 14.00 WIB, total rumah yang terdampak gempa itu mencapai 110 unit.
Rinciannya, 3 unit rumah rusak berat, 21 unit rumah rusak sedang, 34 unit rumah rusak ringan, 11 unit rumah terdampak, dan 41 unit rumah rusak.
Kerusakan terbanyak terjadi di Kabupaten Garut dengan 41 unit rumah, Kabupaten Bandung 24 unit rumah, Kabupaten Sukabumi 17 unit rumah, Kabupaten Tasikmalaya 7 unit rumah, dan Kota Tasikmalaya 5 unit rumah.
Bukan megathrust
Gempa M 6,2 tersebut terjadi pada Sabtu (27/4) pukul 23.29.47 WIB. Pusatnya ada di laut (Samudra Hindia) pada jarak 156 Km arah barat daya Kab. Garut, dengan kedalaman hiposenter (pusat gempa di dalam Bumi) 70 km.
Meski begitu, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menyebut gempa ini "Bukan gempa megathrust."
Buktinya adalah data penampang melintang hiposenter (cross-section) yang menunjukkan hiposenter gempa terletak di dalam slab Lempeng Samudra Indo-Australia.
Zona megathrust merupakan zona patahan dangkal di lautan, termasuk di selatan Jawa, yang menyimpan potensi gempa besar.
Daryono menjelaskan gempa ini berdasarkan kedalamannya masuk gempa menengah.
Pemicunya adalah deformasi batuan dalam Lempeng Indo-Australia yang tersubduksi di bawah Lempeng Eurasia di selatan Jawa barat, dengan mekanisme sumber gempa pergerakan geser-naik (oblique thrust).
"Para ahli lazim menyebutnya sebagai gempa dalam lempeng (intra-slab earthquake) akibat pecahnya batuan dalam slab lempeng," ujar dia.
"Salah satu 'keistimewaan' gempa intra slab adalah sanggup meradiasikan guncangan gempa (ground motion) yang lebih dahsyat dari gempa lain dengan sumber lain," lanjut Daryono.