Sejumlah raksasa teknologi di dunia ternyata dipimpin oleh orang-orang keturunan India. Praktisi menyebut ini terkait kondisi negara tersebut yang membantu pembentukan para calon chief executive officer (CEO) hingga soal kebijakan imigrasi.
Sebut saja Sundar Pichai yang merupakan CEO Alphabet, perusahaan yang membawahi Google. Kemudian, CEO Microsoft Satya Nadella juga keturunan Amerika dan India.
Untuk lebih menggambarkan, berikut daftar nama CEO perusahaan teknologi keturunan India lainnya:
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
+ CEO Adobe Shantanu Narayen
+ CEO YouTube Neal Mohan
+ CEO IBM Arvind Krishna
+ CEO Palo Alto Network Nikesh Arora
+ CEO Motorola Mobility Sanjay Jha
+ CEO NetApp George Kurian
+ CEO Arista Networks Jayshree Ullal
+ CEO Micron Technology Sanjay Mehrota
+ CEO Honeywell Vimal Kapur
+ CEO Flex Revathi Advaithi
+ CEO Cognizant Ravi Kumar S
+ CEO Indosat Ooredoo Hutchison Vikram Sinha
Banyaknya orang India yang menduduki posisi teratas di perusahaan teknologi dunia membuat orang penasaran. Kenapa hal itu bisa terjadi?
Menurut laporan BBC, orang-orang India sebetulnya hanya berjumlah 1 persen dari populasi Amerika Serikat dan 6 persen dari tenaga kerja di Silicon Valley, pusat industri teknologi AS di California.
Kendati begitu, orang-orang India mampu menjadi pimpinan di perusahaan-perusahaan besar di bidang teknologi.
"Tidak ada negara lain di dunia yang 'melatih' begitu banyak warga negaranya dengan cara gladiator seperti yang dilakukan oleh India," kata R. Gopalakrishnan, mantan direktur eksekutif Tata Sons dan salah satu penulis buku Made in India Manager, mengutip BBC, Selasa (27/8).
"Dari akta kelahiran hingga akta kematian, dari penerimaan sekolah hingga mendapatkan pekerjaan, dari kekurangan infrastruktur hingga kapasitas yang tidak mencukupi," lanjut dia.
Gopalakrishnan menambahkan, mengutip ahli strategi perusahaan India yang terkenal C.K. Prahalad, tumbuh besar di India membekali orang mereka untuk menjadi 'manajer alami'.
Dengan kata lain, persaingan dan kekacauan membuat mereka menjadi pemecah masalah yang mudah beradaptasi.
Selain itu, kata dia, fakta bahwa mereka sering memprioritaskan kepentingan profesional di atas pribadi sangat membantu dalam budaya kantor di Amerika yang terlalu banyak bekerja.
"Ini adalah karakteristik para pemimpin puncak di mana pun di dunia," kata Gopalakrishnan.
Para CEO Silicon Valley kelahiran India juga merupakan bagian dari kelompok minoritas yang terdiri dari empat juta orang yang merupakan salah satu yang terkaya dan paling berpendidikan di AS.
Sekitar satu juta di antaranya adalah ilmuwan dan insinyur. Lebih dari 70 persen visa H-1B - izin kerja untuk orang asing - yang dikeluarkan oleh AS diberikan kepada para insinyur perangkat lunak India, dan 40 persen dari semua insinyur kelahiran luar negeri di kota-kota seperti Seattle berasal dari India.
"Ini adalah hasil perubahan drastis dalam kebijakan imigrasi AS pada tahun 1960-an," tulis para penulis The Other One Percent: Indians in America.
Setelah gerakan hak-hak sipil, kuota asal negara digantikan oleh kuota yang mengutamakan keterampilan dan penyatuan keluarga. Segera setelah itu, orang-orang India yang berpendidikan tinggi, seperti ilmuwan, insinyur, dan dokter, serta sebagian besar programmer, mulai berdatangan ke AS.
Kelompok imigran India ini tidak "seperti kelompok imigran dari negara lain", kata para penulis.
Mereka diseleksi secara ketat, bukan cuma hanya dari kasta atas India yang mampu membiayai kuliah di perguruan tinggi ternama, tetapi mereka juga termasuk dalam kelompok yang lebih kecil yang mampu membiayai kuliah S2 di AS, yang dimiliki oleh banyak CEO di Silicon Valley.
Sistem visa yang semakin mengerucut juga menjadikan mereka yang memiliki keahlian khusus -sering kali di bidang sains, teknologi, teknik dan matematika-, yang memenuhi "kebutuhan pasar tenaga kerja kelas atas" di AS.
"Ini adalah yang terbaik dan mereka bergabung dengan perusahaan-perusahaan di mana yang terbaik naik ke puncak," kata pengusaha teknologi dan akademisi Vivek Wadhwa.
"Jaringan yang telah mereka bangun [di Silicon Valley] juga memberikan keuntungan bagi mereka - idenya adalah bahwa mereka akan saling membantu satu sama lain," tambahnya.
Sifat rendah hati dan tidak arogan di halaman berikutnya...