Pakar Bongkar Bukti Arkeologis Keberadaan Yesus Kristus

tim | CNN Indonesia
Sabtu, 21 Des 2024 08:00 WIB
Arkeolog selama bertahun-tahun telah menggali untuk mencari bukti yang menunjukkan Yesus Kristus benar-benar ada, mulai situs arkeologis hingga catatan sejarah.
Ilustrasi. Arkeolog selama bertahun-tahun telah menggali untuk mencari bukti yang menunjukkan Yesus Kristus benar-benar ada, mulai situs arkeologis hingga catatan sejarah. (Foto: condesign/Pixabay)

Catatan lain tentang Yesus muncul dalam Annals of Imperial Rome, sebuah catatan sejarah abad pertama Kekaisaran Romawi yang ditulis sekitar tahun 116 Masehi oleh senator dan sejarawan Romawi, Tacitus.

Dalam catatannya tentang pembakaran kota Roma pada tahun 64 M, Tacitus mengungkap Kaisar Nero secara keliru menyalahkan "orang-orang yang biasa disebut orang Kristen, yang dibenci karena kebesaran mereka."

"Christus, nama pendiri tersebut, dihukum mati oleh Pontius Pilatus, prokurator Yudea pada masa pemerintahan Tiberius."

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Ehrman, Tacitus tidak memiliki bias Kristen dalam diskusinya mengenai penganiayaan terhadap orang-orang Kristen oleh Nero.

Ehrman mengatakan apa yang ditulis Tacitus sama persis dengan yang dikatakan oleh Perjanjian Baru, tetapi dengan sudut pandang yang berbeda, yakni sudut pandang penulis Romawi yang meremehkan orang Kristen dan takhayulnya.

Menurut Myktiuk, ketika Tacitus menulis sejarah, jika dia menganggap informasi itu tidak sepenuhnya dapat diandalkan, dia biasanya menulis sejumlah indikasi tentang hal itu untuk para pembacanya. Namun ia menjamin nilai historis dari bagian tersebut.

Tak lama sebelum Tacitus menulis catatan tentang Yesus, gubernur Romawi Pliny the Younger menulis kepada Kaisar Trajan bahwa orang-orang Kristen "menyanyikan lagu-lagu pujian kepada Kristus seperti kepada dewa."

Beberapa ahli juga meyakini sejarawan Romawi, Suetonius, merujuk kepada Yesus dengan menulis bahwa Kaisar Claudius telah mengusir orang-orang Yahudi dari Roma yang "terus menerus membuat kekacauan atas hasutan Chrestus."

Ehrman mengatakan bahwa kumpulan cuplikan dari sumber-sumber non-Kristen ini mungkin tidak memberikan banyak informasi tentang kehidupan Yesus, tetapi berguna untuk menyadari bahwa Yesus dikenal oleh para sejarawan dalam catatan-catatan mereka. Artinya, tidak ada yang mengira bahwa dia hanya rekaan.

Prasasti

Kedatangan agama Kristen di Arab diketahui melalui sumber-sumber literatur yang ditulis oleh orang luar, seperti ahli Alkitab dan penerjemah terkenal St. Jerome.

Petak-petak gurun yang luas di sebelah timur Sungai Yordan menjadi rumah bagi ribuan prasasti kuno yang beberapa di antaranya bergambar salib dan menggunakan istilah-istilah Kristen.

Ahmad Al-Jallad, profesor bahasa Arab di Ohio State University, dalam tulisannya di Biblical Archaeology Review menunjukkan hasil yang menarik dari misi epigrafisnya pada 2019 di Wadi al-Khudari di Yordania timur laut.

Dikutip dari Biblical Archaeology, penelitian yang dilakukan Al-Jallad menemukan ratusan prasasti kuno, yang dicatat oleh para pengembara yang menjelajahi wilayah ini hampir dua ribu tahun lalu.

Lokasi penemuan dan penyebaran prasasti-prasasti tersebut menunjukkan rute dan lokasi singgah yang digunakan suku-suku Arab ketika berburu hewan liar dan menggembalakan ternak dan unta mereka.

Setiap prasasti tersebut merupakan sumber informasi sejarah dan budaya yang berharga, tetapi salah satu di antaranya benar-benar luar biasa, karena mendokumentasikan penetrasi awal agama Kristen di Arab.

Prasasti yang kemungkinan berasal dari abad keempat ini menyebut nama Yesus-dengan nama yang sama dengan nama Yesus yang ada di dalam Al-Quran.

Menurut Al-Jallad, prasasti tersebut kemungkinan merupakan saksi paling awal dari kekristenan di Arab. Prasasti Yesus dari Wadi al-Khudari merupakan prasasti peringatan, yang berarti bahwa prasasti ini memperingati orang yang telah meninggal.

Prasasti ini terdiri dari tiga bagian: Pertama, prasasti ini memberikan nama dan silsilah si pembuat prasasti (Wahb-El).

Kedua, prasasti ini menambahkan peringatan tentang pamannya yang telah meninggal, dan ketiga diakhiri dengan sebuah doa religius - Isa, yang sesuai dengan nama yang diberikan kepada Yesus dalam Al-Quran: "Wahai Isa, tolonglah dia terhadap orang-orang yang mendustakanmu."

Tidak diragukan lagi, kata Al-Jallad, penulis prasasti ini (dan mungkin juga pamannya) adalah seorang Kristen.

(lom/dmi)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER