Nuklir vs Energi Terbarukan: Mana Lebih Realistis untuk RI?

CNN Indonesia
Selasa, 28 Jan 2025 15:20 WIB
Nuklir sedang naik daun untuk jadi sumber energi. Penyebabnya adalah perang Rusia-Ukraina yang membuat pasokan gas alam untuk Eropa mandek.
PLTN Fukushima di Jepang yang sempat terdampak bencana gempa dan tsunami beberapa tahun lalu. (Eugene Hoshiko/Pool via REUTERS)

Bagi kelompok penentangnya, masuknya nuklir dalam opsi sumber energi listrik mulai 2032 dinilai gegabah. Setelah gagal mendongkrak pertumbuhan signifikan produksi energi terbarukan dalam lima tahun terakhir, pemerintah dinilai mencari jalan keluar mudah dengan nuklir.

Greenpeace mendesak pemerintah Indonesia melihat kisah sukses negara-negara tetangga yang mampu mengatrol tambahan EBT-nya tanpa memaksakan opsi nuklir.

"Kalau investasi memang mandeg, dan kami setuju memang ini yang nampak, ya berarti harus diubah model bisnisnya. Apakah insentif dan subsidi untuk EBT sudah cukup? Semua harus berawal dari political will - sejak pemerintah lalu, ini yang kurang," tambah Leo.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bahkan jika PLTN betul berdiri di Indonesia, Leo juga mengkhawatirkan kemampuan menjamin keamanan PLTN dan pengelolaan limbah radioaktifnya. Keraguan ini dibantah oleh BATAN, lembaga pengelola nuklir milik negara yang sudah beroperasi selama 60 tahun di Indonesia.

"PLTN menuntut transparansi level nasional dan internasional, dan evaluasi perijinannya wajib dibuka ke publik. Tidak hanya BAPETEN yang mengawasi, dunia internasional seperti inspektorat dari IAEA juga ikut mengawasi PLTN," kata peneliti BRIN dan pejabat senior BATAN Syaiful Bakhri menjawab pertanyaan CNN Indonesia.

Selain peran Bapeten sebagai badan pengawas nuklir di Indonesia, peran mitra internasional juga terbukti menjamin teknologi ini aman dan selamat.

"Bukti kongkret Reaktor kita Kartini, Triga Mark Bandung dan RSG-GAS berikut fasilitas pendukungnya telah beroperasi sejauh ini dengan aman dan selamat," tambah Syaiful.

Menurutnya tiga reaktor tersebut meski berkapasitas kecil, sudah beroperasi selama puluhan tahun. Triga Mark misalnya, diresmikan Presiden Sukarno tahun 1965.

Di luar persoalan tata kelola, Fabby Tumiwa masih meragukan opsi PLTN akan membawa kemanfaatan ekonomi maksimal bagi pelanggan listrik.

"Coba lihat perencanaan RUKN untuk PLTN (perdana bangka-Belitung) ada sekitar 500MW. Sementara kebutuhan wilayah terdekatnya, Provinsi Bangka Belitung kan kecil. Itu siapa yang mau beli sisanya? Kalau dikirim ke Pulau Sumatera, apakah dialirkan lewat kabel bawah laut? Biayanya jadi berapa - apa benar 6,9 sen per kWh?" tukas Fabby.

Laporan Asosiasi Nuklir Dunia (WNA) menyatakan sekitar 60 reaktor pembangkit listrik sedang dibangun di seluruh dunia. Sebanyak 110 reaktor lainnya tengah direncanakan untuk menyusul dibangun. Sebagian besar reaktor yang sedang dibangun atau direncanakan berada di Asia termasuk Cina, India, Bangladesh, Korea, dan Iran.

(dsf/sur)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER