Kondisi cuaca yang tak menentu dalam beberapa waktu terakhir tentu membuat sebagian besar orang bertanya, apakah sekarang sudah masuk musim kemarau atau belum?
Secara kalender klimatologi, bulan Juli seharusnya sudah memasuki musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia. Namun, kenyataannya, dalam beberapa waktu terakhir hujan dengan intensitas tinggi masih mengguyur sejumlah wilayah Tanah Air.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan bahwa saat ini sebagian wilayah memang sudah masuk musim kemarau. Namun, dinamika atmosfer yang kompleks masih memicu terbentuknya awan-awan konvektif penyebab hujan deras.
Selain itu, fenomena-fenomena seperti gelombang ekuatorial Rossby dan Kelvin, zona konvergensi dan pertemuan angin, serta potensi sirkulasi siklonik di sekitar Samudra Hindia dan Pasifik, terus mendorong pembentukan awan hujan dalam skala luas.
"Meskipun kita sudah memasuki pertengahan musim kemarau, berbagai faktor atmosfer global dan regional masih mendukung terjadinya hujan lebat dan cuaca ekstrem di banyak wilayah," kata Dwikorita dalam keterangan resminya, Sabtu (12/7).
Lihat Juga : |
Musim kemarau sudah makin meluas di wilayah Indonesia memasuki akhir Juli 2025. Menurut catatan BMKG sudah hampir separuh wilayah Indonesia sudah memasuki musim kemarau.
Analisis terbaru menunjukkan sekitar 45 persen dari Zona Musim (ZOM) di Indonesia telah aktif memasuki periode kemarau hingga dasarian III Juli 2025.
Wilayah yang sudah memasuki musim kemarau meliputi sebagian besar Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT), serta sebagian wilayah Sumatera bagian selatan dan Sulawesi Selatan.
Kendati begitu, cuaca signifikan masih berpotensi terjadi. Berdasarkan data observasi terkini, hujan dengan intensitas lebat hingga ekstrem masih tercatat di beberapa daerah.
Secara keseluruhan, musim kemarau tahun ini diprediksi datang bersamaan atau lebih lambat dari normalnya di 409 ZOM (59 persen). Meski demikian, akumulasi curah hujan selama musim kemarau diperkirakan berada pada kategori normal, tanpa kecenderungan lebih basah atau lebih kering.
"Puncak musim kemarau diprediksi terjadi pada bulan Agustus dan akan berlangsung lebih singkat dari biasanya pada 298 ZOM (43 persen wilayah RI)," demikian ungkap BMKG pada Mei lalu.
BMKG menjelaskan pada periode terkini, sebagian besar wilayah Indonesia masih berada dalam fase peralihan musim atau pancaroba, yang secara klimatologis ditandai oleh kontras suhu udara antara pagi dan siang hari.
Menurut BMKG peningkatan intensitas radiasi Matahari pada pagi hingga siang hari berkontribusi terhadap penguatan proses konvektif di lapisan atmosfer bawah, sehingga meningkatkan potensi terbentuknya awan konvektif pada sore hingga malam hari.
Kondisi ini berpeluang menimbulkan hujan dengan karakteristik tidak merata, berdurasi singkat, berintensitas sedang hingga lebat, serta disertai kejadian kilat/petir dan angin kencang di sejumlah wilayah.
(dmi/dmi)