Institut Teknologi Bandung (ITB) bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) baru-baru ini mengungkap 6 spesies tumbuhan baru endemik Indonesia. Uniknya, tumbuhan ini pertama kali ditemukan di sebuah greenhouse komersil di Bogor, Jawa Barat.
Wakil Dekan Bidang Sumberdaya SITH ITB sekaligus Kepala Herbarium Bandungense Dian Rosleine mengatakan temuan enam spesies baru ini berasal dari keluarga Araceae. Penelitian yang dilakukan sejak 2024 ini memberikan kontribusi signifikan dalam menyingkap keanekaragaman tumbuhan Indonesia.
"Penemuan ini merupakan kiprah penting dalam bidang taksonomi tumbuhan," kata Dian dalam keterangan di Bandung, Jumat (18/7), dikutip dari Antara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kurator Herbarium Bandungense SITH ITB Arifin Surya Dwipa Irsyam menjelaskan enam spesies baru ini adalah Cyrtosperma hayii Raynalta, Cyrtosperma prasinispathum, Homalomena adei, Homalomena amarii, Homalomena chikmawatiae, dan Homalomena pistioides.
Ia menceritakan awal penemuan tumbuhan ini berasal dari rasa penasaran dirinya dan peneliti BRIN Muhammad R Hariri saat berkunjung ke salah satu greenhouse komersil di Bogor.
"Saat berkunjung ke greenhouse komersil di Bogor yang dikelola seorang petualang itu, kami melihat tanaman tersebut unik dan kami membeli berbagai tanaman komersil tersebut yang awalnya dari dana pribadi," ujar Arifin.
Kemudian, mereka melakukan penelitian di tiga tempat, yaitu di greenhouse Bogor untuk pengamatan morfologi lapangan, di lab BRIN untuk uji molekuler, serta di Herbarium Bandungense untuk analisis morfologi lanjutan dan tempat menyimpan 'holotype'.
"Kami menemukan berdasarkan penelitian taksonomi secara morfologi, spesies tersebut besar kemungkinan spesies baru, yang diperkuat oleh bukti taksonomi molekuler yang dilakukan di BRIN," tuturnya.
Menurut Arifin, riset pada kelompok tumbuhan dari suku Araceae memiliki sejumlah tantangan. Kesulitan terbesar adalah menunggu waktu berbunga yang tidak menentu.
"Kesulitan terbesar dalam mempelajari tumbuhan terna seperti ini adalah menunggu waktu berbunga yang tidak menentu dan bisa sangat lama. Selain itu, habitat alaminya pun kerap kali sangat terbatas dan spesifik," jelasnya.
Lebih lanjut, Arifin menyebut minat terhadap tumbuhan terna masih terbilang rendah di Indonesia. Ia mengatakan kebanyakan kalangan masih berfokus pada pohon atau tumbuhan berkayu.
Menurutnya, potensi penemuan jenis baru dari kelompok tumbuhan terna sangat besar. Bahkan, sejumlah tumbuhan yang telah diperdagangkan sebagai tanaman hias, hingga kini belum memiliki nama ilmiah yang sah.
"Salah satu misi kami adalah memberikan penamaan ilmiah yang valid bagi tumbuhan terna yang sudah populer di masyarakat. Misalnya, Homalomena 'blue metallic' yang sempat viral di media sosial, kini telah diidentifikasi dan dideskripsikan secara resmi sebagai Homalomena amarii," terangnya.
Arifin berharap risetnya dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda agar lebih tertarik pada taksonomi tumbuhan. Ia mengatakan kekayaan flora Indonesia masih sangat luas dan belum sepenuhnya terungkap secara ilmiah.
Menurut SITH ITB, selama 2024-2025, kolaborasi Arifin dan Hariri berhasil menemukan keunikan lebih dari sembilan spesies tumbuhan yang diduga spesies baru dengan enam spesies sudah dipublikasi di jurnal, dua spesies sudah accepted di jurnal dan satu spesies lain masih dalam proses penelitian.
(lom/dmi)