WAWANCARA EKSKLUSIF

Penasihat Khusus Sekjen PBB Bicara soal Transisi Energi Indonesia

Yogi Tujuliarto | CNN Indonesia
Jumat, 01 Agu 2025 16:02 WIB
Simak wawancara eksklusif dengan penasihat Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Aksi Iklim dan Transisi Energi Berkeadilan.
Indonesia telah menetapkan target bauran energi terbarukan sebesar 23% pada 2025, tapi data Kementerian ESDM hingga akhir 2024 menunjukkan capaian baru berada di angka 13,2%. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)

Di sisi lain, negara-negara maju seperti Swedia dan Denmark telah menjadi model transisi energi global. Swedia menempati posisi tertinggi secara global, dengan sistem energi bersih yang stabil dan efisien. Denmark memimpin dalam pemanfaatan energi angin dan efisiensi energi.

Jerman dan Amerika Serikat juga mencatat capaian signifikan. Keduanya termasuk dalam 20 besar dunia dalam indeks transisi energi. AS terus berinvestasi besar dalam infrastruktur energi bersih, sementara Jerman mengambil langkah agresif untuk keluar dari ketergantungan batu bara.

Sementara itu, Hart lewat pengamatannya menilai Indonesia sebagai negara berkembang memiliki potensi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dalam penilaian kami, Indonesia akan menjadi salah satu negara yang mendapatkan keuntungan sangat besar dari transisi ke energi bersih. Negaranya stabil, muda, dan dengan angkatan kerja yang sangat termotivasi, dan menjadi mesin penggerak di kawasan ASEAN," kata Hart.

"Tapi kita juga membutuhkan investasi yang masif untuk memastikan integrasi energi terbarukan yang lebih cepat pada bauran energi."

Namun ia juga memberikan catatan penting bahwa kepastian regulasi dan kebijakan adalah syarat utama agar investor tertarik dan transisi berjalan efektif. "Kebijakan dan kejelasan dalam regulasi akan menjadi kunci penting," kata Hart.

Hal senada soal kejelasan regulasi juga disampaikan Sekjen PBB Antonio Guterres dalam pidato di Forum PBB untuk Aksi Iklim 22 Juli 2025 lalu.

Ia menegaskan bahwa dunia sudah memiliki bekal ilmu dan dukungan ekonomi yang cukup untuk menjalankan transisi energi. Namun, kemauan politik masih menjadi penghambat utama.

"Perkembangan keilmuan ada di pihak kita, kondisi perekonomian di pihak kita, tapi kita tetap tidak memiliki niat politik yang cukup," katanya.

Guterres kemudian menyerukan dukungan internasional agar negara-negara berkembang dapat mempercepat penutupan pembangkit batu bara tanpa menanggung seluruh beban finansial.

Saat yang tepat

Bisa disimpulkan jika transisi energi adalah peluang besar bagi Indonesia, baik dari sisi ekonomi, keberlanjutan, maupun keadilan sosial. Namun, seperti yang ditegaskan Hart, komitmen politik, konsistensi kebijakan, dan dukungan internasional menjadi penentu utama.

"Kegagalan bukan sesuatu yang tidak terhindarkan. Kegagalan adalah pilihan. Pada kenyataannya, kita memiliki teknologi untuk mengakselerasi laju transisi energi. Energi terbarukan belum pernah semurah ini dan saat ini menjadi lebih bisa diakses," kata Hart.

"Kita tahu bahwa kita harus sesegera mungkin mencopot pembatas-pembatas ini sehingga transisi energi bisa terjadi secara global. Tantangan-tantangan ini tidak ada yang tidak bisa dilampaui, dan hal ini jadi alasan agar kita optimistis transisi energi akan sukses, 10 hingga 20 tahun dari sekarang."

"Jika kita melihat balik pada momen ini, satu-satunya pertanyaan hanyalah 'kenapa kita tidak melakukan ini?'" tutup Hart dalam wawancara.

(vws)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER