Studi Terbaru Ungkap Tomat Ternyata Leluhur Kentang

CNN Indonesia
Minggu, 03 Agu 2025 08:00 WIB
Sebuah studi terbaru mengungkap tomat adalah leluhur dari kentang, berevolusi dari leluhurnya tersebut sekitar 9 juta tahun lalu.
Sebuah studi terbaru mengungkap tomat adalah leluhur dari kentang, berevolusi dari leluhurnya tersebut sekitar 9 juta tahun lalu. (Foto: Pexels)
Jakarta, CNN Indonesia --

Sebuah studi terbaru mengungkap tomat adalah leluhur dari kentang, berevolusi dari leluhurnya tersebut sekitar 9 juta tahun lalu.

Para peneliti menyebut tomat liar yang tumbuh di Andes disilangkan dengan tanaman yang disebut Etuberosum, dan melalui proses yang disebut hibridisasi. Hibridisasi merupakan pencampuran materi genetik mereka untuk membentuk garis keturunan yang sama sekali baru.

"Tomat adalah ibu dan Etuberosum adalah ayahnya. Namun hal ini tidak terlihat jelas pada awalnya," kata Sanwen Huang, seorang profesor di Institut Genomik Pertanian di Shenzhen, Cina, yang memimpin tim peneliti, dikutip dari The GuardianKamis (31/7).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di atas tanah, tanaman kentang terlihat hampir identik dengan Etuberosum. Namun, ketika ditarik ke atas, keduanya memiliki perbedaan yang jelas.

Etuberosum memiliki batang bawah tanah yang tipis dan tidak ada umbi kentang bertepung yang membuatnya menjadi bahan pangan global.

Lihat Juga :
HARI HARIMAU INTERNASIONAL
Apakah Harimau Jawa Masih Ada?

Untuk menjelaskan umbi tersebut, para peneliti beralih ke tomat. Meski tidak menghasilkan umbi, tomat memiliki profil genetik yang sangat mirip.

"Mereka termasuk dalam keluarga tanaman yang sama, bersama dengan terong dan tembakau, tapi tomat, kentang, dan Etuberosum adalah yang paling dekat secara genetik," kata Huang.

"Jadi kami memutuskan untuk memperbesarnya," imbuhnya.

Dalam penelitian yang diterbitkan pada 31 Juli lalu ini, tim menganalisis 450 genom dari kentang yang dibudidayakan dan 56 spesies liar.

"Ini adalah salah satu koleksi genom kentang liar terbesar yang pernah dianalisis," kata penulis pertama penelitian, Zhiyang Zhang.

Tim menemukan bahwa ada dua gen yang sangat penting untuk membuat umbi-umbian, yakni SP6A yang ditemukan di tomat, dan IT1 yang ditemukan di Etuberosum. Tidak satu pun dari gen tersebut yang cukup dengan sendirinya.

Namun ketika keduanya bergabung, seperti pada tanaman kentang, mereka berinteraksi, memicu proses kuat yang mengubah batang bawah tanah menjadi umbi yang bertepung dan lezat.

"Penelitian ini merupakan terobosan baru. Penelitian ini menunjukkan bagaimana peristiwa hibridisasi dapat memicu munculnya organ baru - dan bahkan mengarah pada garis keturunan baru dengan banyak spesies," kata James Mallet, seorang profesor biologi organisme dan evolusi di Universitas Harvard.

Lebih lanjut, kentang mewarisi campuran gen yang stabil dari kedua orang tuanya, membuatnya menjadi tanaman yang kokoh dan tangguh.

Umbinya menyimpan energi, membantunya bertahan hidup di musim dingin atau kekeringan dan memungkinkannya berkembang biak tanpa membutuhkan biji atau penyerbuk. Di sisi lain, tanaman baru tumbuh dari tunas yang bertunas di umbi.

Organ-organ yang kaya nutrisi membantu kentang tumbuh subur di habitat dataran tinggi yang baru di pegunungan Andes. Tanaman beradaptasi dan menyebar, sehingga terjadi ledakan keanekaragaman.

Manusia mendomestikasi sejumlah spesies liar, memilih spesies yang memiliki umbi yang besar dan dapat dimakan.

Kentang ini meninggalkan Andes dengan kapal-kapal Spanyol pada abad ke-16. Kentang cepat disukai karena nutrisinya dan kemampuannya untuk bertahan dalam kondisi yang buruk.

Tanaman ini lalu menjadi makanan pokok di seluruh Eropa dan di berbagai belahan dunia.

(lom/dmi)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER