Pakar Ungkap Kandungan Asteroid Ini, Isinya Tak Terduga

CNN Indonesia
Rabu, 27 Agu 2025 10:30 WIB
Ilmuwan berhasil membongkar komposisi sampel asteroid Bennu, yang tiba di Bumi pada 2023 silam. Apa isinya?
Sampel batu dan debu dari asteroid Bennu sukses sampai ke Bumi setelah menempuh perjalanan miliaran kilometer bersama wahana antariksa OSIRIS-REx (Origins, Spectral Interpretation, Resource Identificiation and Security, Regolith Expolrer) NASA. (Foto: NASA/Keegan Barber/NASA/Keegan Barber)
Jakarta, CNN Indonesia --

Ilmuwan berhasil membongkar komposisi sampel asteroid Bennu, yang tiba di Bumi pada 2023 silam. Apa isinya?

Para ilmuwan, dalam tiga studi baru tentang Asteroid Bennu, mengungkap bahwa batuan antariksa itu mengandung debu bintang yang lebih tua dari sistem tata surya, serta bahan organik dan es dari ruang antarbintang.

Ilmuwan menganalisis sampel Bennu sejak material asteroid tersebut, yang dibawa ke Bumi pada 2023 dalam misi OSIRIS-REx NASA. Mereka meyakini temuan ini memberikan gambaran tentang kondisi di alam semesta sebelum sistem tata surya terbentuk 4,6 miliar tahun lalu dan mengungkapkan lebih banyak tentang benda induk yang menghasilkan asteroid berdiameter hampir 500 meter.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Makalah pertama yang terbit pada 22 Agustus di jurnal Nature Astronomy mengungkap bahwa nenek moyang Bennu hancur dalam insiden tabrakan dengan benda langit lainnya. Benda langit yang lebih tua itu mengandung material dari beberapa lingkungan yang berbeda.

Para ilmuwan mengidentifikasi lokasi-lokasi ini dengan menganalisis isotop, atau jenis unsur, dalam sampel debu Bennu. Isotop yang berasal dari sistem tata surya memiliki komposisi yang berbeda dengan yang berasal dari debu antarbintang.

"Semua komponen ini dibawa ke wilayah di mana asteroid induk Bennu terbentuk," kata Ann Nguyen, penulis utama makalah tersebut dan ilmuwan planet di Pusat Antariksa Johnson NASA di Houston, dalam pernyataan NASA, melansir Live Science, Selasa (26/8).

Para ilmuwan mengatakan asteroid induk terbentuk di bagian luar tata surya, kemungkinan di luar Jupiter dan Saturnus. Namun, kemudian terjadi peristiwa kataklismik.

"Kami menduga asteroid induk ini dihantam oleh asteroid yang datang dan hancur berkeping-keping," kata Jessica Barnes, salah satu peneliti yang terlibat dan profesor di Laboratorium Bulan dan Planet Universitas Arizona.

Barnes mengatakan setelah tabrakan awal, potongan-potongan tersebut kembali bersatu, dan hal ini mungkin terjadi berulang kali. Akhirnya, sebagian material yang tersisa bersatu menjadi Bennu.

Bennu vs Ryugu

Sementara itu, pada makalah kedua para peneliti membandingkan Bennu dengan meteorit primitif, serta dengan asteroid Ryugu, sebuah sampel yang dikumpulkan oleh misi Hayabusa2 Badan Eksplorasi Antariksa Jepang (JAXA).

NASA mengungkap asteroid induk untuk Ryugu, Bennu, dan meteorit kemungkinan berasal dari wilayah yang serupa dan jauh di awal sistem tata surya. Namun, Bennu berbeda dari objek lain yang diambil sampelnya dalam beberapa hal.

Para peneliti mengatakan bahwa wilayah ini berubah seiring waktu, atau tidak bercampur sebaik yang diperkirakan oleh beberapa ilmuwan.

Secara spesifik, material Bennu dari asteroid induknya mengalami perubahan drastis saat bersentuhan dengan air, seperti yang ditunjukkan dalam studi kedua.

"Asteroid induk Bennu menumpuk es dan debu. Akhirnya es tersebut mencair, dan cairan yang dihasilkan bereaksi dengan debu untuk membentuk apa yang kita lihat hari ini: sampel yang 80% terdiri dari mineral yang mengandung air," kata Tom Zega, co-leader studi kedua dan profesor ilmu planet di Universitas Arizona.

"Kami berpendapat bahwa asteroid induk mengumpulkan banyak material beresin dari bagian luar tata surya dan kemudian yang dibutuhkan hanyalah sedikit panas untuk mencairkan es dan menyebabkan cairan bereaksi dengan padatan," tambah Zega.

Mikrometeorite

Sementara di makalah ketiga, para peneliti menemukan bukti yang cukup tentang mikrometeorite yang menabrak Bennu. Batu-batu kecil ini meninggalkan kawah mikroskopis dan potongan batu yang pernah meleleh di permukaan sampel. Para peneliti juga menemukan jejak angin Matahari, sebuah aliran partikel konstan yang berasal dari Matahari, dalam sampel tersebut.

"Proses pelapukan permukaan di Bennu terjadi jauh lebih cepat daripada yang diperkirakan secara konvensional, dan mekanisme pelelehan akibat benturan tampaknya mendominasi, bertentangan dengan apa yang kami pikirkan sebelumnya," kata co-author Lindsay Keller, seorang ilmuwan planet di Pusat Antariksa Johnson NASA.

Selain itu, meskipun Bennu tidak memiliki kehidupan, studi ini dapat membantu ilmuwan memahami bagaimana kehidupan muncul di planet kita, kata Michelle Thompson, penulis utama kedua makalah dan profesor di Purdue University yang spesialis dalam pengikisan ruang angkasa.

"Asteroid adalah sisa-sisa sistem tata surya awal. Mereka seperti kapsul waktu," kata Thompson dalam pernyataan dari Purdue.

"Kita dapat menggunakannya untuk menyelidiki asal-usul sistem tata surya kita, dan membuka jendela ke asal-usul kehidupan di Bumi," pungkasnya.

(dmi/dmi)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER