Menkomdigi: 15 Ribu Desa Belum Terkoneksi Internet dengan Baik
Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid mengatakan sampai saat ini masih ada sekitar 15 ribu desa di seluruh Indonesia yang belum memiliki koneksi internet yang cukup baik.
Meutya mengatakan secara nasional, tingkat penetrasi penggunaan internet sudah mencapai 80 persen di Indonesia. Namun, masih ada 15 ribu desa yang belum memiliki koneksi internet yang bagus, dan itu menjadi pekerjaan rumah atau PR bagi pemerintah, khususnya Komdigi.
"Tingkat penetrasi internet yang saya sudah sampaikan angkanya 80 persen. Kalau kita lihat memang PR kita ada di beberapa daerah seperti di Maluku dan juga di Papua, di mana penetrasi baru 59 persen, kemudian di perkotaan 83 persen dan di pedesaan 77 persen," kata Meutya saat memberikan kuliah umum di Kampus Universitas Udayana, di Jimbaran, Kabupaten Badung, Bali, Kamis (28/8).
Namun jika dilihat dari skala provinsi di Indonesia, penetrasi internet sudah mencapai 100 persen. Sementara, skala tingkat kecamatan maupun di desa angka penggunaan internet turun.
"Jadi kalau provinsi, seluruhnya sudah terpenuhi 100 persen. Tapi kalau kita lihat kemudian di kecamatan angkanya turun, kita lihat lagi di pedesaan angkanya turun lagi yaitu 77 persen, datanya menunjukkan bahwa ada kurang lebih 15 ribu desa yang memang belum memiliki koneksi internet yang baik," ujarnya.
Di sisi lain, menurut Meutya, tingkat penetrasi yang sudah mencapai 80 persen itu artinya sudah 229 juta penduduk yang sudah terhubung dengan koneksi internet di dalam negeri.
Menurutnya jumlah 229 juta pengguna internet di Indonesia ini juga bisa menjadi potensi ekonomi digital. Ia memproyeksi potensi ekonomi digital di dalam negeri pada tahun ini mencapai US$109 miliar atau Rp1.781 triliun (dengan asumsi kurs Rp16.345 per 1 dollar AS).
"Kalau kita lihat potensi ekonomi digital Indonesia, juga mencapai angka yang cukup tinggi yaitu US$109 miliar pada tahun 2025 proyeksinya. Dan untuk tahun 2030 kita proyeksikan lebih dari US$366 miliar," jelasnya.
Menurut dia pendorong utama ekonomi digital di Indonesia saat ini adalah pemanfaatan e-commerce, transportasi daring, dan layanan-layanan keuangan.
"Kita cukup bangga, Qris kita juga salah satu yang berhasil. Dan, tidak hanya digunakan di Indonesia tapi juga di beberapa negara sudah dapat digunakan layanannya. Kemudian juga pendidikan, adalah salah satu bidang di mana proyeksi ekonomi digital juga tinggi dan berikutnya adalah ekonomi kreatif," jelasnya.
Dalam kesempatan itu, Meutya turut berbicara mengenai perkembangan kecerdasan buatan (AI) di Indonesia. Menurutnya Indonesia memiliki modal digital untuk terus berkembang dalam pengadopsian teknologi AI di masa depan.
Data United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) menunjukkan pada tahun 2024 ada lebih dari 70 persen organisasi sudah memanfaatkan Gen AI.
Sementara data yang diungkap Meutya saat ini baru 43 persen organisasi di dalam negeri yang memanfaatkan AI.
"Di Indonesia itu angkanya 43 persen yang menurut Katadata, organisasi yang juga menggunakan secara rutin itu 41 persen, yang belum menggunakan sama sesekali ada 16 persen," jelasnya.
(kdf/dmi)