Otoritas China yang dikenal agresif dengan penyensoran kini menyasar target baru, yakni konten-konten bernada pesimis di media sosial (medsos).
Sensor internet China telah lama dikenal karena menghapus kritik politik, serangan verbal terhadap kepemimpinan Partai Komunis, hingga penyebutan peristiwa sejarah yang sensitif.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada Senin (22/9), regulator internet negara tersebut mengumumkan kampanye nasional selama dua bulan yang bertujuan untuk menekan tren pesimisme di platform media sosial, siaran langsung, dan video pendek.
Administrasi Siber China mengatakan beberapa konten yang menjadi sasaran adalah konten yang secara sengaja menafsirkan fenomena sosial secara salah, secara selektif menggembar-gemborkan kasus-kasus negatif, dan menggunakannya sebagai kesempatan untuk mempromosikan pandangan dunia yang nihilis atau negatif lainnya.
"[Begitu pula konten yang] terlalu merendahkan diri sendiri atau memperbesar perasaan putus asa dan negatif, sehingga mendorong orang lain untuk mengikuti jejak mereka," kata Administrasi Siber China, melansir CNN, Rabu (24/9).
Tahun-tahun resesi ekonomi yang dipicu oleh krisis properti telah menghancurkan kepercayaan konsumen, mengurangi konsumsi, dan meningkatkan pengangguran, terutama di kalangan pemuda di China. Hal ini dinilai meredupkan prospek dan pandangan hidup mereka.
Perasaan tersebut mendorong generasi muda untuk mengadopsi gaya hidup seperti "lying flat," istilah yang menggambarkan pengejaran kehidupan sederhana dan bebas stres yang menjadi populer di internet China pada 2021.
Kabar penyensoran ini muncul setelah beberapa blogger yang dikenal mendokumentasikan gaya hidup lying flat melaporkan bahwa video mereka dihapus dan akun media sosial mereka diblokir.
Regulator internet juga baru-baru ini menjatuhkan sanksi kepada platform internet karena gagal memoderasi konten yang diunggah di situs mereka.
Platform media sosial populer Weibo; platform serupa TikTok Kuaishou; dan platform serupa Instagram di China, Red atau Xiaohongshu, semuanya dikenakan sanksi bulan ini karena membiarkan informasi "merugikan" seperti "membesar-besarkan pembaruan pribadi selebriti dan hal-hal sepele" muncul di topik tren.
Dalam pernyataan pada Senin (22/9), regulator internet menyatakan bahwa penindakan ini juga mencakup konten yang "mendorong konfrontasi ekstrem antar kelompok," "menyebarkan ketakutan dan kecemasan," serta "memicu kekerasan dan permusuhan online."
Postingan online, komentar, dan topik tren yang berkaitan dengan rumor ekonomi, teknik doxxing, dan "narasi pesimistis seperti usaha sia-sia" semuanya termasuk dalam cakupan kampanye ini.
Kampanye ini juga menargetkan konten yang "menjual kecemasan" dengan memanfaatkan kekhawatiran seputar pekerjaan, kencan, dan pendidikan untuk mempromosikan penjualan kelas atau produk terkait.
Regulator tersebut mendesak masyarakat untuk "secara aktif melaporkan kasus-kasus semacam itu" guna "melawan provokasi jahat yang memicu sentimen negatif."
Sebagai informasi, ekonomi China terus menghadapi berbagai tantangan domestik dan eksternal yang menekan target pertumbuhan tahunannya sebesar 5 persen.
Menurut data yang dirilis oleh Biro Statistik Nasional China, pertumbuhan produksi pabrik dan penjualan ritel, yang menjadi indikator kesehatan sektor manufaktur dan konsumsi negara tersebut, turun ke level terendah dalam 12 bulan.
Pada Agustus, tingkat pengangguran bagi mereka yang berusia antara 16 dan 24 tahun, tanpa termasuk pelajar, naik menjadi 18,9 persen, level tertinggi dalam dua tahun.
(lom/dmi)