Air Laut 'Mendidih', Cuaca Ekstrem di Indonesia Bakal Makin Parah

CNN Indonesia
Kamis, 16 Okt 2025 13:25 WIB
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut suhu air laut perairan Indonesia semakin hangat yang memicu cuaca ekstrem menjadi semakin parah. (Foto: ANTARA FOTO/MUHAMMAD ADIMAJA)
Jakarta, CNN Indonesia --

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut suhu air laut perairan Indonesia semakin hangat yang memicu cuaca ekstrem menjadi semakin parah.

"Suhu muka air laut di Indonesia ini juga semakin hangat, semakin hangat. Karena suhu muka air laut makin hangat, suhu permukaan udara makin hangat, akibatnya siklus hidrologi itu digas kayak dipacu," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam acara Insight with Desi Anwar di CNN Indonesia, Minggu (5/10).

Dwikorita menjelaskan suhu muka air yang hangat akan membuat penguapan menjadi lebih cepat. Akselerasi siklus hidrologi ini membuat awan-awan yang terbentuk semakin masif dan semakin cepat.

Tak hanya mempercepat siklus hidrologi, permukaan air yang hangat akan menyebabkan kesenjangan suhu dengan Samudera Pasifik dan Samudera Hindia.

"Jadi perbedaan suhu muka air laut antara samudera Hindia dengan kepulauan Indonesia, maka terjadilah aliran massa udara basah dari Samudera Hindia ke Indonesia," tuturnya.

"Demikian juga, dari Samudera Pasifik ke Indonesia," tambahnya.

Massa udara basah ini dari kedua samudera ini, kata Dwikorita, akan semakin menguatkan proses pembentukan awan-awan di wilayah Indonesia.

Ketika wilayah perairan Indonesia semakin hangat, proses pembentukan awan juga semakin masif. Kondisi cuaca ekstrem ini juga bisa diperparah oleh fenomena regional seperti Madden-Julian Oscillation.

"Belum lagi kalau secara regional, ada Madden-Julian Oscillation yaitu pergerakkan arak-arakan awan hujan sepanjang khatulistiwa melintasi Samudera Hindia dari sebelah timur Afrika," terangnya.

Pada pekan ini, BMKG memperkirakan peningkatan intensitas hujan di sejumlah wilayah. Sebagian besar wilayah diperkirakan akan mengalami hujan dengan intensitas sedang hingga lebat.

Kondisi ini dipicu oleh interaksi antara fenomena atmosfer global, regional, dan faktor lokal yang mendukung meningkatnya labilitas atmosfer, sehingga kondisi udara menjadi lebih kondusif untuk pertumbuhan awan konvektif penyebab hujan.

"Berdasarkan pertimbangan kondisi dinamika atmosfer terkini, masyarakat diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem, berupa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat/petir, angin kencang, serta gelombang laut tinggi di beberapa wilayah Indonesia," kata BMKG dalam Prospek Cuaca Mingguan Periode 14 - 20 Oktober 2025.

(lom/rev/dmi)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK