Seperti Apa Sains Memandang Fenomena Hantu?

CNN Indonesia
Jumat, 31 Okt 2025 15:36 WIB
Ilustrasi Hantu. Hantu adalah fenomena paranormal yang dikenal dalam berbagai budaya dan dipercaya masyarakat di hampir seluruh dunia. (iStockphoto/AnkiHoglund)
Jakarta, CNN Indonesia --

Hantu adalah fenomena paranormal yang dikenal dalam berbagai budaya dan dipercaya masyarakat di hampir seluruh dunia. 

Bagi sebagian orang, cerita hantu bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga sebuah kepercayaan. Jajak pendapat Ipsos pada 2019 menemukan 46 persen orang Amerika Serikat (AS) mengaku benar-benar percaya keberadaan hantu.

Kepercayaan ini bahkan tumbuh menjadi komunitas di universitas bergengsi yang didedikasikan untuk mencari bukti hantu. Misalnya saja komunitas di di Cambridge dan Oxford, serta Society for Psychical Research pada 1882.

Meski demikian, hantu belum dapat dibuktikan secara ilmiah dan empiris hingga saat ini. Apa penyebab sulitnya membuktikan bahwa hantu itu nyata?

Definisi

Kesulitan menyelidiki hantu bermula dari tidak ada definisi yang disepakati secara universal.

Fenomena yang dikaitkan dengan makhluk ini terlalu banyak, mulai dari masalah pintu menutup sendiri hingga perasaan didatangi keluarga yang sudah meninggal.

Sosiolog Dennis dan Michele Waskul melakukan riset dan mewawancarai orang-orang yang pernah merasakan kehadiran hantu pada 2016.

"Banyak responden kami hanya yakin bahwa mereka telah mengalami sesuatu yang luar biasa, sesuatu yang tidak dapat dijelaskan, luar biasa, misterius, atau menakutkan," kata mereka.

Pengalaman pribadi adalah satu hal yang menjadi landasan kepercayaan akan hantu, tetapi tidak ada bukti ilmiah untuk mendukung klaim tersebut.

Beberapa orang percaya hantu adalah roh orang mati yang karena alasan apa pun "tersesat" dalam perjalanan ke alam lain. Ada pula yang menilai hantu adalah entitas telepati yang diproyeksikan ke dunia dari pikiran kita.

Ada banyak kontradiksi soal hantu. Sebagai contoh, apakah hantu berwujud atau tidak, dapat bergerak melalui benda padat tanpa mengganggu, atau dapat membanting pintu hingga tertutup dan melemparkan benda ke seberang ruangan.

Teknologi

Peneliti lain menyebut alasan hantu belum terbukti ada lantaran manusia belum memiliki teknologi yang tepat untuk menemukan atau mendeteksi dunia roh.

Para pemburu yang berusaha menemukan makhluk ini menggunakan banyak metode kreatif (tapi meragukan) untuk mendeteksi keberadaannya.

Banyak dari metode tersebut yang terinspirasi dari alat Psychokinetic Energy (PKE) Meter dalam film Ghostbusters.

Misalnya, Geiger, detektor Medan Elektromagnetik (EMF), detektor ion, kamera infra merah, dan mikrofon sensitif. Namun, tidak satu pun dari peralatan ini yang pernah terbukti benar-benar mendeteksi hantu.

Dalam sebuah artikel berjudul Things That Go Bump in the Literature: An Environmental Appraisal of "Haunted Houses", para pakar mengatakan riset-riset tentang rumah hantu kebanyakan inkonsisten atau lemah.

Cocoklogi teori Einstein dan kekekalan energi

Pemburu hantu seringkali mencocok-cocokkan teori ilmiah untuk membuktikan keberadaan makhluk gaib. Salah satu yang diusung adalah teori Albert Einstein, salah satu fisikawan terbesar sepanjang sejarah yaitu soal kekekalan energi. 

Salah satunya adalah peneliti hantu John Kachuba, dalam bukunya Ghosthunters (2007, New Page Books), menulis bahwa Einstein membuktikan bahwa semua energi alam semesta adalah konstan dan tidak dapat diciptakan atau dihancurkan.

"Jadi apa yang terjadi pada energi itu ketika kita mati? Jika tidak dapat dihancurkan, maka, menurut Dr. Einstein, energi itu harus diubah menjadi bentuk energi lain. Apakah energi baru itu?  Bisakah kita menyebut ciptaan baru itu hantu?" tanya Kachuba.

Ide semacam ini muncul di hampir semua situs web bertema makhluk halus. Ide-ide tersebut diklaim sebagai bukti keberadaan hantu.

Ada juga gagasan dari kelompok Tri County Paranormal yang menyatakan: "Albert Einstein mengatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, ia hanya dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Ketika kita hidup, kita memiliki energi listrik di dalam tubuh kita. ... Apa terjadi pada listrik yang ada di tubuh kita, menyebabkan jantung kita berdetak dan memungkinkan kita bernapas? Tidak ada jawaban yang mudah untuk itu."

Sebagai catatan, hukum kekekalan energi sendiri bukan pertama kali dinyatakan oleh Einstein, tapi oleh fisikawan Émilie du Châtelet. Teori relativitas Einstein menegaskan kekekalan energi dan massa terkait.

Klaim-klaim terkait hukum kekekalan energi ini punya kelemahan mendasar. Saat seseorang meninggal, energi dalam tubuhnya pergi ke tempat energi semua organisme pergi setelah mati, yakni ke lingkungan.

Ketika manusia mati, energi yang disimpan dalam tubuhnya dilepaskan dalam bentuk panas, yang kemudian dipindahkan ke hewan yang memakan jasad kita, seperti cacing dan bakteri, tumbuhan pun turut menyerapnya.

Pada kasus kremasi, energi dalam tubuh kita dilepaskan dalam bentuk panas dan cahaya. Sebagian besar "energi" yang ditinggalkan oleh orang mati membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk masuk kembali ke lingkungan dalam bentuk lain, sedangkan sisanya menghilang tak lama setelah kematian.

(lmy/vws)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK